Halaman

Kamis, 20 Juni 2019

zonasi pengendusan politisi dadakan, kambuhan


zonasi pengendusan politisi dadakan, kambuhan

Petani walau produknya diandalkan mengganjal perut manusia nusantara. Rasanya, nilai tukar petani beda jalur dengan pemuliaan petani. Petani gurem, petani tak bertanah, buruh tani dan klasifikasi lainnya. Menduduki posisi cikal bakal lingkaran kemiskinan babak lanjutan.

Padahal wadah tani sedemikan berjubel. Profesi terkait nasib tani, selaras dengan sebutan negara agaria. Di tingkat nasional, ada menteri pertanian. Kurang apa kepedulian pemerintah. Konsumsi beras mampu memperkaya pedagang nasional, pengusaha importir,  pihak berwenang. Kewenangan memperdagangkan beras diperkuat dengan asumsi politik.

Negara kepulauan yang dikepung samudera, membuat garam kian manis. Asal bercitra rasa global. Urusan bumbu dapur menjadi wewenang pemerintah. Urusan yang agak gedhé-an, semisal angkutan tol udara. Kian terukur keuntungan, berdaya tarik. Dalih anak bangsa tidak mampu jual tiket harga terjangkau rakyat.

Di akar rumput. Kerukunan berbasis dasa wisma. Menunjukkan efektivitas mewujudkan sejahtera secara swasembada, swadaya, swakarsa. Warga menjadi ramah lingkungan. Optimalisasi potensi tanah-air di setiap jengkal lahan, tanah pekarangan.

Solidaritas yang pasti-pasti. Sesama tetangga bisa terjadi pinjam sejumput garam. Atau berbagai beras untuk rakyat miskin. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar