zonasi
pengendusan politisi dadakan, kambuhan
Petani walau produknya diandalkan mengganjal perut
manusia nusantara. Rasanya, nilai tukar petani beda jalur dengan pemuliaan
petani. Petani gurem, petani tak bertanah, buruh tani dan klasifikasi lainnya. Menduduki
posisi cikal bakal lingkaran kemiskinan babak lanjutan.
Padahal wadah tani sedemikan berjubel. Profesi terkait
nasib tani, selaras dengan sebutan negara agaria. Di tingkat nasional, ada
menteri pertanian. Kurang apa kepedulian pemerintah. Konsumsi beras mampu memperkaya
pedagang nasional, pengusaha importir, pihak berwenang. Kewenangan memperdagangkan
beras diperkuat dengan asumsi politik.
Negara kepulauan yang dikepung samudera, membuat garam
kian manis. Asal bercitra rasa global. Urusan bumbu dapur menjadi wewenang
pemerintah. Urusan yang agak gedhé-an, semisal angkutan
tol udara. Kian terukur keuntungan, berdaya tarik. Dalih anak bangsa tidak
mampu jual tiket harga terjangkau rakyat.
Di akar rumput. Kerukunan berbasis dasa wisma. Menunjukkan
efektivitas mewujudkan sejahtera secara swasembada, swadaya, swakarsa. Warga menjadi
ramah lingkungan. Optimalisasi potensi tanah-air di setiap jengkal lahan, tanah
pekarangan.
Solidaritas yang pasti-pasti. Sesama tetangga bisa
terjadi pinjam sejumput garam. Atau berbagai beras untuk rakyat miskin. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar