Halaman

Selasa, 18 Juni 2019

perang batin Ibu Pertiwi, operasi senyap vs demokrasi lenyap

perang batin Ibu Pertiwi, operasi senyap vs demokrasi lenyap

Perang dalam bentuk apapun, merupakan perangkat utuh kejahatan kemanusiaan. Semakin canggih alat yang digunakan, kian banyak efektivitas korban tanpa sasaran. Perang peradaban tanpa menggunakan mesiu, senjata tajam, zat kimia. Pelaku perang tidak hanya petugas militer. Sipil yang merasa super. Tepatnya rasa minder yang terbungkus watak sombong, takabur.

Yogyakarta sebagai kota pendidikan, kota pelajar, koya budaya. Fenomena ke-Ibu Pertiwi-an muncul dalam patron, pakem “semua karena ibu”.  Anak didik yang berprestasi sampai tingkat akademik, lulusan perguruan tinggi negeri. Berkat keringat ibu dengan faktor didik, faktor ajar sejak dalam kandungan. Faktor panutan dalam keluarga.

Masyarakat umum menganggap hal wajar. Namanya hidup dan tinggal di kota pendidikan. Lebih lumrah lagi, bapaknya guru. Peradaban menjadikan guru, bahkan dosen maupun guru besar, diklasifikasikan sebagai tenaga didik.

Senasib dengan sebutan di atas. Anak tentara rasanya tak salah melanjutkan tradisi ayahnya menjadi serdadu. Mampu melebihi pangkat militer orang tuanya, liwat jalur sekolah jenderal.

Beda riwayat, jika anak dari keluarga di atas rata-rata nasional, kok mlempem. Penilaian umum mengarah kea pa saja yang dilakukan ibunya. Jangan-jangan ibunya tak punya ijazah. Punya, itupun ijazah Paket-C.

Tak salah jika ada orang tua beranggapan bahwa dirinya dengan modal ijazah SMA, bisa hidup. Merasa anak bisa mengulang, melanjutkan kesuksesan dirinya.

Nusantara sebagai keluarga besar. Berkat keringat kakek nenek moyangnya. Mendapatkan warisan kekuasaan. Minimal menyandang status, gelar ‘manusia politik’.  Dukungan nyata dengan mendirikan partai politik sebagai perusahaan keluarga, industri rumah tangga.

Rekam jejak prestasi, karier politik diukur dengan status wakil rakyat, kepala daerah dan kepala negara. Termasuk penerima anugerah jabatan pembantu presiden. Belum pasal lain yang tak diketahui rakyat.

Konstitusi, demokrasi, politik menjadi satu paket utuh. Kekerasan dalam rumah tangga negara, dikarenakan ada pihak yang berseberangan menjadi. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar