perang batin Ibu
Pertiwi, operasi senyap vs demokrasi lenyap
Perang dalam bentuk apapun, merupakan perangkat utuh
kejahatan kemanusiaan. Semakin canggih alat yang digunakan, kian banyak
efektivitas korban tanpa sasaran. Perang peradaban tanpa menggunakan mesiu,
senjata tajam, zat kimia. Pelaku perang tidak hanya petugas militer. Sipil yang
merasa super. Tepatnya rasa minder yang terbungkus watak sombong, takabur.
Yogyakarta sebagai kota pendidikan, kota pelajar, koya
budaya. Fenomena ke-Ibu Pertiwi-an muncul dalam patron, pakem “semua karena ibu”.
Anak didik yang berprestasi sampai
tingkat akademik, lulusan perguruan tinggi negeri. Berkat keringat ibu dengan
faktor didik, faktor ajar sejak dalam kandungan. Faktor panutan dalam keluarga.
Masyarakat umum menganggap hal wajar. Namanya hidup dan
tinggal di kota pendidikan. Lebih lumrah lagi, bapaknya guru. Peradaban menjadikan
guru, bahkan dosen maupun guru besar, diklasifikasikan sebagai tenaga didik.
Senasib dengan sebutan di atas. Anak tentara rasanya tak
salah melanjutkan tradisi ayahnya menjadi serdadu. Mampu melebihi pangkat
militer orang tuanya, liwat jalur sekolah jenderal.
Beda riwayat, jika anak dari keluarga di atas rata-rata
nasional, kok mlempem. Penilaian umum mengarah kea pa saja yang dilakukan
ibunya. Jangan-jangan ibunya tak punya ijazah. Punya, itupun ijazah Paket-C.
Tak salah jika ada orang tua beranggapan bahwa dirinya
dengan modal ijazah SMA, bisa hidup. Merasa anak bisa mengulang, melanjutkan
kesuksesan dirinya.
Nusantara sebagai keluarga besar. Berkat keringat kakek
nenek moyangnya. Mendapatkan warisan kekuasaan. Minimal menyandang status,
gelar ‘manusia politik’. Dukungan nyata
dengan mendirikan partai politik sebagai perusahaan keluarga, industri rumah
tangga.
Rekam jejak prestasi, karier politik diukur dengan status
wakil rakyat, kepala daerah dan kepala negara. Termasuk penerima anugerah
jabatan pembantu presiden. Belum pasal lain yang tak diketahui rakyat.
Konstitusi, demokrasi, politik menjadi satu paket utuh. Kekerasan
dalam rumah tangga negara, dikarenakan ada pihak yang berseberangan menjadi. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar