Halaman

Sabtu, 22 Juni 2019

mégakursi nusantara berkaki seribu


mégakursi nusantara berkaki seribu

Apakah wajahnya bak Dasamuka, ujar penggemar komik wayang. Jangan-jangan tanpa raut muka. Ekspresi diri, cerminan jiwa tampak di lebarnya senyum. Karena pemuka adalah pemimpin. Muka, wajah, roman, rupa bak topeng diri yang jujur. Maka daripada itu, pemuka bisa menyerupai siapa saja. Bisa merupakan simbol roman apa saja. Mampu bermuka seusai skenario perwatakan.

Model di permukaan, condong sesuai asas timbal balik yaitu “memberikan sesuatu sebaik yang mereka terima”. Masalahnya, siapa yang terlebih dahulu memberi. Artinya, antara pihak yang menyuap dengan pihak yang menerima suapan, dikenai pasal yang sama.

Transformasi konflik di daerah lokasi akar rumput sampai pengorganisasian aneka modul intimidasi dalam identitas politik.

Pasal titik temu antara pihak yang layak diduga akan melakukan pembunuhan dengan pihak karena peran politiknya atau ahli meracik konflik, terbayang-bayang pembunuhan.

Manusia hidup dan berkelanjutan karena mampu mengelola konflik batin. Keterbatasan daya jangkau kaki, bisa pinjam kaki tetangga sebelah kamar.

Konflik tidak melulu terjadi karena klimaks perseteruan terselubung. Persaingan memperebutkan kursi yang sama. Konflik politik  sengaja diciptakan oleh aktor non-negara atau karena panggilan tugas, perintah atasan, sesuai bayaran.  Efek domino konflik sesuai skenario, yaitu berkepanjangan dan berdampak luas.

Konflik sejatinya melibatkan  tiga komponen utama, yaitu status, umur teknis kursi, dan sumber daya asing sebagai cadangan utama.

Agar periode berlanjut dan tak perlu sigap ancang-ancang ambil langkah seribu. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar