Halaman

Senin, 10 Juni 2019

peradaban politik nusantara, salah kaprah vs gagal paham


peradaban politik nusantara, salah kaprah vs gagal paham

Kandungan bahasa dan sastra Jawa sarat pasal budi pekerti, tata krama, subhasila, parikrama sehingga secara substansial, redaksional, normatif tidak disangsikan lagi sebagai rujukan utama pendidik politik.

Praktik politik lokal atau seminasional, tak jauh dari urusan isu kekuasaan. Kian jauh dari akar rumput, berbanding lurus dengan alergi demokrasi, konstitusi, ideologi. ikhwal benar, baik, bagus ditentukan oleh raihan suara terbanyak.

Tak perlu terheran-heran. Perjuangan sebuah partai politik bukan merupakan fungsi kebutuhan rakyat. Karakter negara kepulauan, yang intensitas kadar agraris, maritim serta rawan bencana alam menjadikan anak bangsa pribumi ramah lingkungan.

Pemasaran, promosi industri politik nusantara,  dikemas secara beradab. Penyakit politik menjadi faktor utama penyebab industri politik menjadi primadona pengeruk devisa Negara. Secara potensial seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara di semua lini dan tingkatan, bisa menjadi komoditas politik. Apalagi gen syahwat politik bisa diwariskan.

Olok-olok politik sebagai efek domino bahwa penyakit politik tersebar secara lokal menembus sekat moral, batas geografis, daya bahasa, perbedaan primordial, statussosial. Menjadi biang pemanfaatan  teknologi super canggih (digital information technology) tanpa etika. Bebas kode etik.

Aneka bukti linguistik kian sahih, karena secara formal ujaran olok-olok politik  dikomunikasikan oleh seorang petugas partai. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar