taruhan kursi mbokdé Mukiyo, dudu turahan kursi
Mau blak-blakan fakta. Bahwasanya setiap konflik sosial berbasis politik
bahkan bencana politik, hakikatnya mengandung unsur dan nilai budaya. Interaksi
sosial antar manusia dan relasi timbal balik antara manusia dengan alam.
Karakter manusia dan atau orang Indonesia pada umumnya. Di satu sisi bisa
menjadi potensi diri maupun komunitas. Di pihak lain bisa menjadi pemacu dan
pemicu konflik. Sekedar ‘salah paham’ bisa berakhir dengan tawuran. Main
bakar-bakaran. Kendali emosi, lepas kontrol menjadi lepas kendali akibat rasa
solidaritas.
Lain halnya jika sudah berlabel sebagai manusia politik. Ikhwal
kesetiakawanan sosial, terpinggirkan secara yakin dan menerus. Membentuk
kubangan dendam politik. Pelakunya bukan saja yang gagal raih suara. Bahkan
dimiliki oleh mantan wapres, malah bekas presiden. Politik mampu menjadikan
manusia menjadi setengah manusia. Sederhana dan tanpa prosedur birokratif.
Mereka mengorbankan harga diri demi kesejahteraan partai. Loyal total kepada
sosok penguasa tunggal partai. Dilengkapi dengan sigap bela partai, pasang
badan. Semakin lama menikmati kursi berdasarkan raihan suara, entah argo apa
yang melaju. Ybs saja tidak tahu. Jangan bandingkan dengan ikhwal nikmat duduk
sebagai presiden seumur hidup perusahaan partai politik keluarga. Di negara
belahan dunia lain. Masih berkembang. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar