jurus pembuka menentukan nasib olah kataku
Tak ada jaminan, walau ada korelasi. Bahwa sudah sekian ribu judul
kutayangkan di blogspot pribadi. Lantas, begitu ide melintas. Tinggal duduk
manis depan laptop. Jari menari mengikuti kata hati. Tak pakai repot memulai.
Meluncur begitu saja. Kejadian kebanykan malah sebaliknya.
Kalau baru niat plus sedikitkalimat yang siap tulis, jangan coba-coba buka
laptop. Konsultasikan dengan jalannya angan-angan. Membaca karya tulis orang
lain untuk menemukan tata bahasa. Ganti kata kunci dengan atau sesuai judul.
Bisa jadi satu alenia tulisan sendiri, didaur ulang.
Yakin dengan tema yang akan diangkat. Biasanya juga yakin jika memakai
pembuka standar, hafalan maka malah berhenti di tengah jalan. Perjuangan dalam
berolah kata, pada pemantapan alenia pertama.
Keunggulan dan keutamaan alenia pertama, alenia utama bisa merupakan
kesimpulan ringkas. Memberikan gambaran. Prosesi menemukan etalase bisa inap
malam. Diajak merenung dibawa ke alam mimpi. Pagi, dimantapkan dengan tafakur
di masjid. Tunggu azan subuh saat manjur menangkap suara alam. Mohon dibukakan
pintu hati untuk kelancaran urusan hari ini.
Seperti bertinju. Ronde pertama masih jual beli pukulan. Model sepak bola.
Tahu pola main lawan. Begitu peluit dan menguasai bola, langsung menggebrak
pertahanan lawan. Namanya permainan bola voli. Atraksi ‘5 menit di udara’. Bola
hanya pindah kubu.
Mengacu ke olah raga otak, catur. Kesalahan di langkah pertama bisa fatal. Nasib
baik. Alenia pertama tertulis. Seperti sebagai pembuka untuk menetapkan alenia
pertama dengan asas sebaiknya, seharusnya, selayaknya. Langsung terjemahkan
jurus pembuka yang sudah teruji.
Jujur saja. Menyimak ‘entri populer’ di blogspot. 10 judul terbanyak
pemirsanya. Melihat judul pertama yang tak pernah turun peringkat. Kurasakan,
judulnya biasa saja, standar, nyaris umum. Ada kandungan filosofis, filsafati
atau apapun sebutannya. Bersyukur komplit, karena merupakan olah kata berbasis
shalat. Generasi penerus sebagai pelaku utama.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar