Halaman

Rabu, 19 Juni 2019

kemandirian dan ketahanan mental manusia bebal nusantara


kemandirian dan ketahanan mental manusia bebal nusantara

Klasifikasi manusia nusantara kalah cepat dengan kejadian yang terjadi. Semula dipetakan berdasarkan teritorial. Akibat konektivitas media sosial menjadikan tanpa musim hujan laron keluar dari markasnya. Suara rengekan garengpong di musim kemarau, seperti tak kenal musim.

Bayang-bayang mentalitas manusia politik pabrikan Orde Baru, kian memadati kepekatan hati. Reformasi mental tidak menumbuhkembangkan semangat memiliki NKRI. Impor sampah plastik dan niat mulia mendatangkan maskapai asing, bukti ringan berkelanjutan.

Pemerataan kekuasaan kenegaraan sampai akar rumput, menyuburkan jaringan lapis bawah peninggalan Orde Baru. Syarat adminsitrasi sebuah bentukan parpol untuk ikut pemilu, berdasarkan eksistensi di tingkat desa/kelurahan. Malah kian memformalkan penguasa dan atau pengusaha lokal untuk memperpanjang jam terbang.

Model arisan, bagi hasil, pembagian atau zonasi pemanfaatan sumber daya alam, khususnya paket APBN, APBD atau sumber lain yang sah menurut aturan main negara. Nyaris setiap jengkal tanah sudah ada periwayatannya. Terus diurut akan menuju terwujudnya kursi kepala desa.

Akumulasi menguasai desa secara politik desentralisasi, menjadi modal dasar menentukan pilkada serentak. Jangan diharapkan akan muncul wajah baru. Bangkitnya semangat rakyat sebagai pemilik modal sila persatuan dan kesatuan tanah-air. Sama artinya laron mendatangai bara api yang dikira fatamorgana ‘sang juru penerang’. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar