kemandirian dan
ketahanan mental manusia bebal nusantara
Klasifikasi manusia nusantara kalah cepat dengan kejadian
yang terjadi. Semula dipetakan berdasarkan teritorial. Akibat konektivitas
media sosial menjadikan tanpa musim hujan laron keluar dari markasnya. Suara rengekan
garengpong di musim kemarau, seperti tak kenal musim.
Bayang-bayang mentalitas manusia politik pabrikan Orde
Baru, kian memadati kepekatan hati. Reformasi mental tidak menumbuhkembangkan
semangat memiliki NKRI. Impor sampah plastik dan niat mulia mendatangkan
maskapai asing, bukti ringan berkelanjutan.
Pemerataan kekuasaan kenegaraan sampai akar rumput,
menyuburkan jaringan lapis bawah peninggalan Orde Baru. Syarat adminsitrasi
sebuah bentukan parpol untuk ikut pemilu, berdasarkan eksistensi di tingkat
desa/kelurahan. Malah kian memformalkan penguasa dan atau pengusaha lokal untuk
memperpanjang jam terbang.
Model arisan, bagi hasil, pembagian atau zonasi
pemanfaatan sumber daya alam, khususnya paket APBN, APBD atau sumber lain yang
sah menurut aturan main negara. Nyaris setiap jengkal tanah sudah ada
periwayatannya. Terus diurut akan menuju terwujudnya kursi kepala desa.
Akumulasi menguasai desa secara politik desentralisasi,
menjadi modal dasar menentukan pilkada serentak. Jangan diharapkan akan muncul
wajah baru. Bangkitnya semangat rakyat sebagai pemilik modal sila persatuan dan
kesatuan tanah-air. Sama artinya laron mendatangai bara api yang dikira
fatamorgana ‘sang juru penerang’. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar