daulat rakyat, obyek politik yang tetap rakyat
Aneka modus, rekayasa, manipulasi manusia ekonomi untuk menjaga stabilitas
sirkulasi modal. Ikhwal ini menjadi faktor penentu langkah taktis manusia
politik yang sedang kontrak politik lima tahun.
Keterpilihan seorang ‘petugas partai’ bukan karena akurasi kalkulasi
politik. Peta sebaran partai sekaligus peruntukan rawan dan potensi ekonomi lokal.
Jaringan pelaku ekonomi, turunan dari sistem ekonomi makro, bersifat dinamis. Bak
permainan layang-layang. Begitulah mereka mengkondisikan.
NKRI bak pesawat terbang yang mengudara. Kepala negara secara defacto adalah sang
pilot. Siapa sangka, posisi dejure tidak hanya sebagai ‘petugas partai’. Sebagai penata
negara, wajib taat aturan main penjaga lalu lintas udara. Tidak bisa minta
prioritas. Posisi tawar selama ini memang mudah ditawar, dibikin tawar sebelum
berujar.
Rakyat, yang merupakan permanent underclass, uneducated people serta warga negara yang kurang beruntung.
Plus stigma yang seolah wajib diayomi oleh penguasa. Kendati selalu ‘tertinggal
di landasan’, rakyat tetap tekun, rukun melakoni kehidupan dan penghidupannya. Menu
harian dinikmati. Bersyukur walau tak tahu besok sarapan atau tidak. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar