Halaman

Rabu, 26 Juni 2019

politisi nusantara, semakin dibelai kian terkulai


politisi nusantara, semakin dibelai kian terkulai

Wajar bin masuk nalar. Faktor tekun, ulet, tabah dan sabar menjadi penentu kesuksesan. Ada peribahasa yang membuktikan betapa ikhtiar, upaya yang menerus dipastikan akan ada hasil. Soal nasib, faktor bawaan, gen sial memang tak bisa dipungkiri.

Semula dianggap tidak ada apa-apanya. Tahu-tahu nasib bercerita lain. Entah muncul dari mana. Bahkan di tanah kelahirannya, jati diri dan eksistensinya tak dikenal. Malah ketika adu nasib di negeri orang, mendadak kinclong. Modal pandai-pandai menyiasati kesempatan. Mematut diri agar tampak. Biar miskin asal gaya. Jangan merasa bodoh jika masih suka santap nasi.

Jangan minder walau hanya bersandal jepit. Karena bentuk kebodohan yang dilakukan berulang akhirnya menjadi bukti diri. Sedikit bodoh asal rajin, rutin bergaul akhirnya bisa menjadi lebih bodoh. Bodoh kok dipelihara, kata banyolan wong Jawa.

Warna kulit yang tampak tak bersahabat dengan paparan sinar matahari, malah didaulat sebagai manusia politik tulen. Ybs lebih banyak merenungi nasib diri. Bukan iseng kalau merasa lebih nyaman di ketiak bangsa asing. Penguasa saja mampu menghadirkan garam asing di dapur keluarga rakyat jelata.

Akhirnya, banyak yang merasa “asing” di negeri sendiri. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar