tahunya karena memang tidak pernah tahu
Bersyukur jika daya rekam otak benak manusia dengan akal sehatnya, atas pasokan, asupan lewat panca indra. Dibilang minimalis. Dengan skala standar, dasar, rata-rata itupun mampu membuat wong, orang, manusia ybs masuk kategori cukup. Soal bagaimana ybs mampu meningkatkan kapasitas per-ingat-an tergantung niatan. Wajah tidak mewakili kandungan, kadar per-akal-an. Mau pintar tapi bodoh. Bodoh tapi cerdik binti licik. Beda kutub dengan pasal cerdas belia.
Mana yang terlenbih dahulu muncul di nusantara. “Hukum ditetapkan untuk dilanggar” dengan “yang melek politik justru sadar diri melanggar norma politik”. Terjadilah rumusan hukum segal hukum vs politik segala politik. Tinggal bagaimana manusianya meninggalkan nama. Seencer-encer otak, tidak serta merta mampu tahu lebih tahu daripada pihak yang tidak mau tahu, tapi paham.
Lihat apa saja yang diketahui orang lain, bukan simak seberapa berpengetahuan orang dimaksud. Kebijakan terapi kejut tidak akan membuat rakyat terkejut-kejut. Media massa atus utama maupun pasang surut arus. Menyajikan sajian senonoh kawanan penguasa nusantara. Penuh kejutan. Kinerja pembantu presiden atau pada umumnya penyelanggara negara dari unsur partai politik, Ditentukan gaya tahu dirinya yang serba buatan, semu, hafalan. Tidak layak dikomentari. [HaéN]