Halaman

Senin, 31 Mei 2021

wujudan generasi penyerta, asal kenyang plus cukup tidur

 wujudan generasi penyerta, asal kenyang plus cukup tidur

 Masih dalam wilayah hukum nusantara. Kebebasan melahirkan generasi serba bebas, terkendala faktor babat, bibit, bobot, bebet. Kesemuanya bisa disapu bersih jika ybs punya darah politik merah. Tradisi keilmuan pun bisa kalah pamor dengan sebutan orang partai. Terlebih jika trah petugas binaan partai yang loyal total jenderal.

 Laga bebas di panggung dunia, nusantara sarat pelaku sigap melakukan laku apa saja. Indeks, angka laku generasi bebas berkebebasan tanpa batas nusantara, tidak ada saingannya. Ironis binti sinis, laku apa saja asal dipolitisir dengan seksama oleh penguasa, langsung bersifat konstitusional.

 Asupan gizi yang tidak beda jauh. Bentukan generasi dengan watak menurun atau varian anyar. Bedanya, ada yang tahu nikmat kursi konstitusi. Tidak mau dijadikan sekedar perisai hidup, pagar hidup. Lebih daripada itu, kawanan paham konrak politik, siap berkolaborasi dengan multi pihak.

 Rakyat tetap dengan kedudukan status stastisnya. Selaku ahli panjat doa. [HaéN]

penyakit akibat menyakiti diri

penyakit akibat menyakiti diri

Tahu sedang musim hujan, angin plus petir yang susah diprediksi, diprakirakan. Tetap saja keluar rumah untuk keperluan, kepentingan harian. Tanpa antisipasi siap alat perlindungan diri. Tahun terik sang surya menyengat ubun-ubun. Utamakan panggilan tugas yang memang perlu mobilitas lebih dari cukup.

 Kedua kondisi alam yang dibilang ekstrem, bisa membuat manusia terserang penyakit ringan tapi tidak meringankan. Memacu dan memicu penyakit penyerta, ikutan, kambuhan maupun susulan. Menjadi misteri, obat medis tidak mempan. Dugaan lain muncul sejalan tingkah laku si pesakit. Ada yang membuat sakit hingga sampai pada salah obat.

 Ketika “orang pintar” ikut ambil suara, angkat bicara, saran sumbang melebihi ahlinya. Aspek non medis untuk sementara diabaikan. Pendekatan spiritual alami mulai beraksi. Akhirnya, ujaran pinisepuh, tetua adat teritorial layak dipertimbangkan. 

 Agama Islam mengajarkan, agar umat Islam jangan menyalahkan air hujan, sinar matahari selaku ciptaan Allah SWT, menjadi penyebab diri ini sakit. Lebih daripada, sikap men-judge, menyalahkan tadi bisa menghalangi terkabul doa kita. Wallahu a’lam. [HaéN]

menulis, sederhana melalui proses tidak sederhana

menulis, sederhana melalui proses tidak sederhana

Menulis alias berolah kata. Bukan perkara mudah tapi jangan dianggap berat. Bagi pihak yang terbiasa omong sana-sini, merasa menulis tinggal menuliskan apa saja yang pernah diucapkan. Merasa diri kuasai bahasa tutur, diolah menjadi bahasa tulis. Dimana susahnya. Terlebih bagi generasi yang akrab TIK, ramah gadget (gawai).

 Belajar menulis dengan memperbanyak membaca, mendengar cakapan orang plus mensortir. Adat renung diri untuk merasakan diri ini memang kecil dan serba salah. Pengusaan subtansi, materi, bahan baku, pokok bahasan yang akan disajikan tidak harus komplit. Berani memulai walau masih berupa satu atau dua kata, posisikan selaku kata kunci.

 Alinea pertama bak abstraksi. Mewakili substansi, model sajian dan kesimpulan bebas. Mengoplos ragam bahasa disiplin ilmu yang memang banyak bertulis-tulis. Pilihan kata bertimbal balik dengan struktur kalimat yang sudah dimatangkan. 

Sesekali posisikan diri selaku pelaku, subyek maupun penutur. Isi judul tidak perlu diulang. Boleh diperkuat dengan ungkapan semaksud. Judul menjadi kredo, semboyan. [HaéN]

galian sila-sila dasar negara mbokdé mukiyo, dudu tukang gali demokrasi multipartai

galian sila-sila dasar negara mbokdé mukiyo, dudu tukang gali demokrasi multipartai

 Wajar bernalar, jika kaum bangsa nusantara melihat 1 Juni sekedar ingat hari lahirnya Pancasila 1 Juni 1945. Pasal periwayatan hingga sampai kini, itu tergantung kadar kepancasilaan penguasa. Pabrikan Pancsila Sakti di era rezim politik-militer membuat pelanjut jajaran reformis, alergi sambil pamer gigi.

 Semakin dijabarkan malah menjadi semakin kalut kawanan penyelenggara negara. Pola bagi hasil kursi pesta demokrasi, menjadi bukti ringan betapa petugas binaan partai tahu berterima kasih. Sekaligus kuak diri akan legitimasi memacu memicu kurang percaya diri. Terbalik, malah kian unjuk gigi diri plus tepuk jidat.

 Pasca tujuh presiden, kemungkinan serba mungkin sudah kebaca. Mosok bangsa ini tidak belajar dari sejarah bangsa sendiri. Soal masih bebas kejadian tidak tercatat oleh sejarah. Menjadi catatan dalam – tidak perlu dalam-dalam – sekedar diingat bahwa akan muncul Ken Arok versi anyar. 

Gejala, gejolak, gonjang-ganjing alam hingga sampai pada penguasa terdiam saking patah harapan. [HaéN]

oplosan opini oposan, metode ikan busuk vs alih isu negatif

oplosan opini oposan, metode ikan busuk vs alih isu negatif

Pada kesempatan bersamaan, justru pihak yang mengalir alami, ilmiah, ilahiah. Sigap manuver di antara antar tekanan dari atas dan sodokan dari bawah. Bisa diibaratkan, bak sebiji kacang tanah direbus. Melonjak-lonjak bebeas kesegala arah. Tanpa niatan lompat keluar bak katak rebus. Kesetiakawanan sosial politik membentuk mata rantai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

 Mata rantai bulat yang berjumlah 9 melambangkan unsur perempuan, mata rantai persegi yang berjumlah 8 melambangkan unsur laki-laki. Ketujuh belas mata rantai itu sambung menyambung tidak terputus yang melambangkan unsur generasi penerus yang turun temurun. (UU 24/2009)

 Menghadapi kasus bernegara yang dilematis, dikotomis dan dinamis. Rumusan penguasa sangat simpel. Tidak kemana-mana. Dengan sistem berbagi duduk perkara. Siapa kebagian peran dan adegan apa, berapa lama. Siapa selaku penggali dana abadi, untuk O dan M. Sehingga tempat kedudukan yuridis formal aman bersejahtera.

 Memanfaatkan momentum “rakyat sehat” akibat agresi pandemi covid-19. Pertumbuhan ekonomi sekian % identik pasokan sekian M$ USA. [HaéN]

zionis daripada subversi bumiputra nusantara

zionis daripada subversi bumiputra nusantara

 Méntal inférior nyata menjadi bagian utuh, merasuk gawan bayen, melebihi 7 (tujuh) turunan dan masih berlanjut. Ditambah merasa mampu berada dimana saja, berbuat apa saja bebas tanpa batas jarak dan beda waktu. Perang antar negara lewat jaringan nirkabel. “Perang udara” tidak pandang bentuk dan warna bulu korban.

 Siapa yang disasar dan siapa yang menjadi korban sis-sia, peduli amat. Semenjak dikenalkan ujaran kebencian lewat Surat Edaran Kapolri nomor: SE/06/X/2015, tentang Penanganan Ujaran Kebencian (hate speech). Maka daripada itu, sudah ada status relawan politik digital, penyuka dan pengedar ujaran anti-persatuan Indonesia, pengadu domba antar wong-cilik, rakyat tapak bumi, akar rumput.

 Tersurat bahwasanya tindak pidana ujaran kebencian mampu memancing plus memacu dan memicu tindak pidana lainnya. Namun kiranya, kawanan pendengung (buzzer) yang dipelihara oleh penguasa tidak bisa dipidanakan hidup-hidup. Pasal tertentu, membuktikan petugas binaan partai, tahu berterima kasih.

 Entah berantah pakai pasal apa, ketemunya dimana. Muncul perwatakan anak bangsa nusantara penyuka gerakan zionis. Ditandai secara ekonomi plus politik, mendesak penguasa yang mumpung belum jatuh tempo, untuk bersegera buka ikatan tidak mengikat, bilateral dengan Israel. [HaéN]