Halaman

Sabtu, 22 Mei 2021

"gemblung tenan kowè !!!", ujar daripada Soeharto

 "gemblung tenan kowè !!!", ujar daripada Soeharto

Bukan tanpa alasan mendasar, dalih dasar kuat jika oknum ketum pdi-p marabi presiden ketujuh RI dengan celukan “petugas partai”. Minimal dua unsur dari dua arah berlawanan arah terpenuhi. Singkat kata, arah pertama parpol pengusung memang dasar manusia politik yang masih kelihatan dasarnya. Jauh dari sentuhan peradaban, minimal adab bermasyarakat dalam sebuah tatanan bangsa.

 Arah kebalikannya, itulah yang terjadi selaku bukti atual, faktual demi wujudkan impian berhala reformasi 3K (kuasa, kuat, kaya), maka “kepala jadi kaki, kaki jadi kepala”. Tidak masalah. Bukan masalah. Masih bisa lebih daripada itu. Apalagi tersedia paket terusan dua periode.

 Maka daripada itu rasa kejawen penguasa tunggal Orde Baru. Merasa tersinggung, tersungging. Hal yang sangat tidak mungkin terjadi di zaman bawah kendali dirinya. Bagaimana presiden kedua RI mampu mengendalikan kekuatan organisasi sosial politik, memperalat ABRI yang di era reformasi menjadi alat negara. Cara jitu menghadapi pihak berseberangan. Sampai pasal tetek bengek, menjadi fokus.

 RI-1 kedua tahu siapa yang digantikannnya plus karakter anak cucu ideologisnya. Kebiri politik ditetapkan dan diterapkan. Tak pakai heran, jika masuk zaman reformasi 21 Mei 1998, langsung bak ayam betina giras. Bebas dari pingitan.

 RI-1 kedua dengan melihat betapa sosok, tongkrongan dan tangkringan, RI-1 ketujuh. Langsung paham jeroan ybs. Cukup sekali senyum penuh makna, tanpa terkekeh-kekeh. Bak melihat pawongan  (sosok seseorang) yang kamibocahen (kekanak-kanakan). Tepat manfaat, aman nyaman terkendali 24 jam di bawah kélék mbokdé mukiyo. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar