Halaman

Rabu, 05 Mei 2021

siapa berbuat apa karena

 siapa berbuat apa karena

 Manusia melakukan laku secara hati-hati, masih bisa ketiban sial, apes. Salah lokasi, bukan pada waktu wajar bisa menjadi saksi berpotensi terkira seandainya. Ungkapan wong Jawa, berbahasa Jawa “sing sembrono, ugal-uagalan malah selamet”. Lebih daripada itu “wis teko telat meh bubaran, antri keri dewe, malah keduman akeh”.

 Rumusan hidup atau rumus kehidupan tetap misteri. Memastikan kejadian, menetapkan keadaan yang diharapkan, bisa-bisa bisa jadi masuk area watak sombong manusia. Jajak pendapat tentang karakter anak bangsa manusia pribumi berbasis sombong. Laku sombong secara sengaja, terencana, adat diri alias gawan bayen bak sistem daya tahan diri. Sisanya, walau porsi kecil tapi fatal. Yaitu akibat rasa lalai, ingkar, abai maupun meremehkan, menganggap kecil pihak lain, mudah melupakan efek salah sendiri.

 Tidak perlu berheran-heran jika terjadi kesalahan yang tidak mengandung unsur sengaja, bukan pelanggaran hukum maupun HAM. Karena posisi dan atau potensi seseorang seolah layak, patut diduga menerima beban lebih berupa imbalan, kompensasi, sistem bagi hasil. Kondisi ini menjadi profesi idaman setiap manusia yang otak encer, tokcer. Memanfatkan kesempatan, pelaung yang tidak pernah mampir.

 Kesalahan secara menerus, tipikal, harian, berulang dengan format beda atau bahkan meningkat kadar intensitas. Diterjemahkan bebas selaku usaha diri yaang tidak merugikan diri sendiri. Saking penuh perhitungan untung-rugi, sangat hati-hati dengan memprediksi segala kemungkinan, malah tidak jalan-jalan. Kapan harus belok mendadak tanpa lampu sign, bilamana perlu buang muatan. Jangan sibuk diri manuver di tempat. Ambng batas wajar masih dinamis. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar