Halaman

Kamis, 27 Mei 2021

ngendasi-endasi, baboné urung tarung

ngendasi-endasi, baboné urung tarung

 . Gundukan tanah pratanda ada lubang, liang jangkrkik. Dikeduk pakai cetok. Atau mulut lubang diisi air, memaksa jangkrik keluar kandang. Suara garengpong sinyal masuk musi kemarau. Suara jangkerik dekat-dekat dengan cuaca basah hujan. Adab berbangsa plus bernegara, meningkatkan kasta pengendus menjadi pendengung. Musim jelas pesta demokrasi. adu nyali antar relawan politik digital. Perang udara mampu merubah apa saja.

 Di angkasa, suara burung kulik, menyebar aroma irama ada kematian. Muncul senja kian tambah mistis gantian hari. Binatang malam tidak mau kalah semarakkan laga manusia malam. Kegiatan bawah tanah sedemikian eksis, tertata dengan segala gaya manusia. Bebas protokol birokrasi. Alat negara bisa-bisa bisa tidak dianggap. Hukum malam lebih nyata.

 “overdosis imajinasi politik vs minim asupan ideologi Pancasila”, date modified 5/15/2018 7:06 AM alias selang waktu >3 tahun.

 Bertebaranlah sosok manusia pancasilais komplit dengan atribut partai politik aneka warna. Mereka terduga lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Artinya, dengan menguasai bangsa dan negara, maka sesuai janji dan atau sumpah jabatan akan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

 Demi kemakmuran rakyat, mereka yakin bahwa jika ingin kaya jangan masuk partai politik. Soal adanya oknum anggota parpol yang masuk kategori ‘makmur dan sejahtera’, sudah dari sono-nya, bawaan diri sejak sebelum lahir.

 Setahun yang lalu, tepatnya date modified 5/27/2020 8:24 PM, tersurat judul olah kata “over petok-petok, keok sebelum berkokok”. Mental ayam sayur langsung dong, judul mengacu, mengaca jarwo dosok “jawa” yaitu jaler dan wadon. Frasa “sing ngendok petok-petok” jelas babon. Tugas ayam jago untuk berkokok jelang fajar berkibar. Soal ada jago berkokok di tengah malam, karena kandangnya terang. Mitos atau lain pasal, serahkan kepada ybs. 

Jadi, bagaimana nasib telur ayam yang biasanya masuk hotel dan restoran berklas. Ayam kampus bisa-bisa terdongkrak martabatnya. Bermain di rumah saja pindah ke rumah saja yang lain.  “Jago kandang” tetap delus-leus karena jinak-jinak buaya. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar