Halaman

Jumat, 28 Mei 2021

umur, bukan hak milik diri

umur, bukan hak milik diri

 Manusia dengan status penciptaan oleh-Nya, selaku khalifah di muka bumi. Seolah berhak dimana saja, kapan saja. Bahkan bisa eksis diri tanpa jarak tempat dan beda waktu. Ketika umur masih melekat erat dan nafas masih setia dengan kewajiban tanpa protes. Format rutinitas harian menjadikan nyaman, hafalan dan datar-datar saja.

 Umat Islam pasca sukses Ramadhan, langsung kembali berkehidupan normal. Tidak beda jauh saat jelang Ramadhan. Ekstremnya, bak usai mandi pagi atau bangkit bangun pagi. Hanya masalah alih waktu dan sigap dengan jadwal, kegiatan berikutnya. Sedemikian otomatis, serta merta tanpa perubahan berarti. Pola hidup seperti biasanya.

 Ironis binti kronis, jika manusia dengan segenap peruntungan diri, ingat diri hanya pada saat sakit. Itupun tak seberapa berkeingatan. Masuk waktu ganti umur, merasa kekurangan diri. Bahkan hasil raihan masih jauh kurang dari yang diprogramkan. Ingat akan yang belum didapat. Soal perkara apa saja yang telah diperbuat, sekedar menjalankan roda kehidupan. 

 Hidup bak meluncur mulus di jalan bebas cegatan. Etape kehidupan yang sudah dilakoni, dilewati dianggap masa lalu. Tidak sempat petik hikmah dan peringatan ke depan. Umur kian susut, kendati waktu tetap berulang. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar