Halaman

Selasa, 18 Mei 2021

warga binaan partai vs kader pewaris kursi konstitusi

warga binaan partai vs kader pewaris kursi konstitusi

 Praktek jalanan multipartai di negara sedang berkembang, mencetak sistem bagi-bagi kursi secara adat. Asas pemerataan berkeadilan, teori pun tidak dikenal. Penetapan daerah hukum detailisasi struktur organisasi partai politik mempertimbangkan jual beli suara pemilih. Dinasti politik lokal menjadi andalan berbayar lunas di muka. Elit lokal, tokoh masyarakat, pengusaha lokal, raja-raja atau tuan tanah kecil, penentu otoritas politik lokal maupun penguasa teritorial tidak bisa diabaikan peran sesungguhnya.

 Efek multipartai menjadi serba multi, saling silang dan segala kemungkinan mungkin saja terjadi. Tidak ada kawan yang bisa dipercaya bulat 100%. Lawan beda warna politik, diam-diam menjadi mitra dalam selimut.

 Kembali ke judul “INDONESIA–ku, multipartai vs multipilot”. Status simpan 7/15/2018 10:17 AM. Bukan pada banyaknya mulut rakyat yang masih perlu suapan. Segelintir anak bangsa pribumi, yang berbusana parpol penguasa, masih wajib disuapi oleh semua pihak. Hidup dari politik. Sampai CD pun barang inventaris partai. Cangkir dan lepeknya, berlogo lambang partai. Sedemikan cinta, loyal dan siaga bela jujungannya. Tanpa pikir. Siap jibaku. 

Namanya politik. Kalah malah bangga. Menang malah bingung. Soalnya, kalau kalah bisa pakai pasal amuk massa. Apalagi kalau disalahkan atau dikritik, bisa pakai asas rata bumi. Semakin lama berkubang di syahwat politik, semakin licik dan picik. Sejalan dengan dalil bahwasanya daya ideologi bisa diwariskan ke anak cucu. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar