polusi sampah politik orde baru semakin semerbak
Begitu bangsa
Indonesia dengan gemilang melengserkeprabonkan presiden RI ke-2,
Jenderal Besar/Bapak Pembangunan/Penguasa Tunggal Orde Baru, Suharto, 21 Mei
1998, dampak politisnya yang luput dari kalkulasi akal politik kawanan Reformis,
semakin menyeruak.
Pengalaman tempur
Golongan Karya (golkar) yang bukan partai politik, ternyata nyatanya tidak bisa
mengendalikan naluri dan nafsu syahwat politik anggotanya. Golkar diterpa
perubahan bentuk, terjadi face mritili, mrutuli, mreteli mrotoli. Yang
tidak terjadi yaitu mratali, sesuai huruf hidup : a, i, u, e, o.
Singkat cerita, di
periode 2014-2019, Golkar yang sudah jadi partai politik, semakin membuktikan siapa
saja pentolan yang gemar nangkring dan betah nongkrong di pucuk dan puncak
pimpinan. Rekam jejak pengurus yang justru akrab dengan hukum, malah dianggap
sebagai nilai jual. Karena didaulat sebagai daya surpise, daya survive mampu
mengatasi masalah hukum tanpa hukum. Kondisi ini yang akan menyemarakan
pengundian calo ketua umum PG.
Sekedar pengingat,
kita simak kabar berikut :
Golkar Akrab dengan Isu Politik Uang
http://www.republika.co.id/berita/koran/politik-koran/16/02/23/o2zko916-golkar-akrab-dengan-isu-politik-uang
Selasa, 23 Februari 2016, 13:00 WIB
JAKARTA-Politikus Partai Golkar Bambang Soesatyo
menyebut isu politik uang (money politics) bukan hal baru di internal
partainya. Setiap kali pemilihan ketua umum, isu ini memang selalu ada. Namun,
yang paling penting adalah bagaimana membuktikan adanya politik uang untuk membeli
suara dalam pemilihan ketua umum Golkar.
"Kalau ada isu money politics, itu bukan hal baru di Golkar," tutur
Bambang, di Kompleks Parlemen Senayan, Senin (22/2). Menurut dia, harus ada
pembuktian tentang yang disebut politik uang itu. Selama ini, isu tersebut
diembuskan tanpa disertai bukti. Terlebih, kadang tidak bisa dibedakan money
politics atau cost politics. Sebab, politik juga membutuhkan biaya.
Biaya politik ini, imbuh Bamsoet, misalnya terjadi
untuk biaya akomodasi peserta yang diundang dalam acara silaturahim. Peserta
sangat mungkin tinggal di tempat yang sangat jauh dari lokasi acara, untuk itu,
dibutuhkan biaya akomodasi seperti makan dan penginapan.
Kalau memang dalam acara silaturahim tersebut peserta membuat surat pernyataan
dukungan, juga tidak bisa disalahkan. Meski tanpa diberi imbalan uang, surat
pernyataan dukungan ini juga dapat dilakukan. Namun, kalau dalam mendapat surat
pernyataan dukungan tersebut terjadi transaksi dan dibayar atas tanda tangan
dukungannya, itu sudah masuk jual-beli suara.
"Yang tidak boleh ini jual-beli suara, sekarang kan proses penggalangan
silaturahim, jadi tidak perlu dipersoalkan," ujar dia.
Ketua Komisi III DPR ini mengatakan, tidak masalah aturan politik uang
diperketat untuk pelaksanaan munas nanti. Bahkan, kalau itu menjadi aturan
tertulis, hal itu menjadi masalah untuk salah satu calon. Yang tidak boleh
adalah adanya pembatasan pemberian biaya akomodasi bagi peserta.
Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia meminta Ketua Umum
Golkar mendatang tidak membawa kepentingan politik penyumbang dana (cukong).
Hal ini ditegaskan Doli setelah beredar kabar adanya praktik politik uang yang
dilakukan oknum untuk kepentingan munaslub mendatang. "Yang sangat
berbahaya adalah apabila uang yang diberikan berasal dari bokhir atau cukong
yang pasti akan menitipkan kepentingannya kepada para calon Ketua Umum,"
kata Doli.
Menurut Doli, jika praktik transaksional itu benar maka patut dicurigai uang
tersebut berasal dari para cukong penyandang dana yang kelak menitipkan
kepentingan kepada calon ketua umum Golkar. Dia mengingatkan, praktik politik
uang jika benar dilakukan menunjukkan mental politik para kader sudah pada
titik nadir. Situasi itu, kata dia, tidak menguntungkan bagi perbaikan dan kebaikan
partai ke depan.
Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie (Ical), di DPP Partai Golkar akan memperketat
pemilihan ketua umum di munaslub tahun ini. Praktik-praktik money politics atau
politik uang akan dihapuskan dalam pemilihan ketua umum Golkar ke depan.
Untuk itu, Golkar akan merumuskan aturan pelaksanaan munas yang melarang soal
politik uang itu sebagai traksaksi memperoleh suara dukungan. "Saya
mengimbau pada calon ketua umum kalau ada yang melakukan atau ingin memberikan
sesuatu kepada daerah untuk mendapatkan suaranya sebaiknya dihentikan,"
ujar Ical.
Sementara itu, KPK menangkap indikasi potensi beredarnya aksi suap-menyuap
dalam kaitan rencana pelaksanaan Munaslub Partai Golkar. "Mencegah memang
lebih bagus, kita menangkap sinyal-sinyal (peredaran uang) itu ada, bahkan kita
menangkap jumlah yang bakal beredar itu berapa, tapi data intelijen tidak bisa
di-share," kata Wakil Ketua KPK Saut Situmorang .
rep: Agus Raharjo/ antara, ed:Muhammad
Hafil
***
infografis
Temuan Jelang Munaslub
* Temuan Internal Golkar
- DPP Golkar memiliki bukti caketum
Golkar memberikan uang kepada pengurus DPD II Golkar
- Nilai politik uang mencapai
1.000 dolar Singapura dan 100 juta rupiah per DPD II Golkar
- Caketum Golkar menjanjikan uang
transportasi, uang saku, dan uang penginapan lebih dari Rp 25 juta kepada DPD
II Golkar pada munaslub
- Pengurus DPD Golkar Sulawesi Utara
menyebut akan diberikan uang 10 ribu dolar AS jika memberikan surat pernyataan
dukungan kepada salah seorang caketum
* Temuan KPK:
- Kajian KPK menemukan setiap kader
partai berpotensi menjadi penyelenggara negara
- KPK menemukan sinyal kuat adanya
peredaran uang jelang Munaslub Golkar
- KPK menyebut nilai politik uang jelang munaslub besar
- KPK siap menangkap politikus
Golkar yang melakukan politik uang dalam munaslub
Sumber: Pusat Data Republika
JADI . . .
Jarang terjadi, maling
malah terang-terangan buka kedoknya. Itu saja. [HaeN]