Halaman

Selasa, 25 Mei 2021

Adab Manuver Perbankan Syariah Selaku Pelaku Bebas Aktif

 Adab Manuver Perbankan Syariah Selaku Pelaku Bebas Aktif

Kedudukan Hukum

Praktek negara berdasarkan hukum, meleset sedikit masuk bilangan negara diselenggarakan oleh penguasa. Mau tak mau, berdasarkan kekuasaan legitimit. Hasil kompromi partai politik dengan daripada pesta demokrasi. UU atau produk hukum daerah menjadi komporomi politik, antara legislatif dengan ekeskutif. Bahkan urusan sampah ada landasan hukum.

 Kekuatan Rp di pasar global beda jauh dengan praktek di pasar lokal nusantara. Biaya politik, anggaran demokrasi, ongkos pemilu menjadi penentu raihan hasil suara. Berhala reformasi 3K (kaya, kuat, kuasa) mendasari haluan bebasa haluan wujudan partai politik. AD dan ART partai politik, disesuaikan dengan nilai tukar Rp, kurs tengah setiap lima tahun sekali.

 Manusia ekonomi tetap sanggup mengendalikan bisnis politik nusantara. Mulai pilkada serentak, memudahkan jejaring dan jaringan pengusaan usaha antar pulau. Memanfaatkan asas pasar bebas dunia. Tersirat, pemerintah waspada dengan pasar uang dalam negeri. Lembaga keuangan plat merah, plat kuning maupun bebas warna, sudah diantisipasi sedemikian rinci, detail secara proaktif berkesinambungan.

 Alergi Sistem Syariah

Demokrasi Pancasila lewat multipartai menghasilkan partai politik serupa agama bumi. Efek nyata bahwsanya parpol lawas yang jauh lebih tua dari dasar negara, tetap mengedepankan jalur kiri, belok kiri boleh langsung. Kinerja, kiprah, kontribusi partai politik kenasionalan memang diformat khusus, spesialis ahli urusan dunia. Sehingga ayat martabat manusia ditentukan oleh dimensi kursi konstitusi.

 Sentuhan religiusitas, agamawi langsung tidak pakai lama, membuat penguasa alergi tujuh turunan serta dianyarkan tiap periode. Aturan main islami mau ditetapkan plus diterapkan, langsung pasang kuda-kuda. Kendaraan politik, alat politik plus akal-akalan politik seolah sudah merasuk terbagi rata ke semua aspek bermasyarakat, berbangsa, bernegara. Menjadi lagu wajib penyelenggara negara.

 Islam KTP, Islam abangan, Islam oplosan, Islam kagetan, Islam yeng eling lan yen kober menjadi perapuh yang manjur. Mereka sadar diri diperalat pihak mana pun untuk menggerogoti Islam dari dalam, langsung ke sumber. Keberadaan kelompok cinta dunia, kian menambah tekanan secara politis.

 Kelompok Penekan

Tirani minoritas diperkuat pewaris politik “sama rasa, sama rata”, berlanjut asas suka sama suka, tetap akan menjadi biang kerok. Bermain di panggung politik. Toleransi, moderat, zig-zag bebas di antara cengkeraman kaki kafir dan pagar betis kaum munafik, jauh dari cukup. Perlu adu nyali, adu téga. Pihak mana pun dengan ramah pakai jurus serba téga, aneka téga, mégatéga.

 Hindari modus subversi penguasa berupa “nabok nyilih tangané wong édan”. Padahal ternyata nyatanya “kakéhan sing édan tenan”. Apalagi masih sedang terjadi “édan pitung keturunan tetep durung keturutan”. Akhirnya yang belum berkhir adalah episode “édan tenan malah tuman”.

 Posisi kunci yang diharapkan dan jangan cepat puas dengan posisi juru kunci. Sinergi energi religi antara pelaku perbankan syariah dengan penonton aktif, penggembira, juru sorak tukang keplok, suporter serta furngsi tak terdaftar.

 Jangan lengah, lali, abai hadapi kawanan relawan politik digital dengan modus tukang promosi, provoksi, propaganda dengan ramuan pembodohan pengguna aktif medsos atau media massa arus pendek. Agen penabur dan penebar firnah dunia, menjadi bagian integral global anti-Islam. Pihak lain yang cerdas memanfaatkan peluang sistem syariah. Asumsi historis pangsa pasar umat Islam yang bisanya bermain di kelas uang receh.

 Saran Berkemajuan

Menu dan tradisi “konflik internal Pancasila, tiwas dandan vs pokoké menang”. Sama-sama Pancasilais sejati, paripurna. Sama-sama Pancasilawan tulèn, bukan polèsan. Hanya beda angkatan, beda t.m.t maupun beda sertifikat. Menyangkut urusan rebut dan atau bagi hasil berhala reformasi 3K (kuasa, kuat, kaya) maka tak ada kawan abadi, tak ada lawan sampai mati.

 Tak ada sekutu sampai tujuan, tak ada seteru njégal, mbrojol di tengah jalan. Semua urusan bermasyarakat, berbangsa, bernegara bisa dikompromikan. Ora perlu ngotot malah pedot, podo suloyo, lha wong podo-podo isih butuh lan doyan mangan sego.

 Jujur fakta sejarah, kolaborasi multipartai dengan model pemilu, tetap menghasilkan dalil “kalah menjadi arang, menang menjadi pedagang arang”.

 Kendati negara sibuk membangun peradaban berbahasa, oleh karena pada praktiknya sistem penebar dan penabur berita dikuasai oleh negara. Kendati tiga komponen penguatan berbahasa, yaitu struktur bahasa, substansi bahasa dan budaya bahasa. Kalah garang dengan politik bahasa. Jadi, nilai dan aspek keindonesiaan kian kabur, gara-gara gaya bahasa. Umat Islam jangan malah kabur.

 Di mana bagian tanah air dipijak, disitulah sumber pendapatan, penghasilan terpendam. Mulai menanam jagung di kebun sendiri sampai ikut lelang terbatas,  penunjukkan langsung, arisan terselubung. Faktor penentu biaya politik sesuai bahan, tenaga, alat demokrasi. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar