Halaman

Sabtu, 08 Mei 2021

yang menjawab spontan pembisik hatinya

yang menjawab spontan pembisik hatinya

 Analog atau kita buat sampel, contoh acak, asal comot. Misal jika kita tanya ke orang gila: “Kamu gila . . . . “. Tanpa menunggu jawaban. Pihak penerima tanya tidak menjawab bukan berarti tidak tahu atau tidak punya jawaban. Heran dengan pertanyaan plus lebih pilih ambil sikap diam, tanpa reaksi, selaku tanda menghormati martabat sang penanya.

 Sisi lain kehidupan sosial acap dibumbui adegan, acara, atraksi “sing waras ngalah” malah kian rugi sendiri. Justru dengan seperangkat pola gila sama kaki, membuat kawanan, oknum peng-gila bisa tetap eksis dan melaju tanpa cegatan. Seperti kita maklumi serentak, bahwasanya pengguna busana kebesaran bernegara kalau tidak gila sekali, masih punya rasa tahu malu, tahu diri siap sejatinya tanpa nama baik.

 Betapa anak bangsa bumiputra nusantara penyandang deretan gelar akademis, di depan dan atau di belakang nama diri. Jalan dengan gagah tanpa meninggalkan jejak derajat dan tradisi keilmuannya. Semakin banyak menerima pertanyaan, bukan semakin encer otaknya. Menerima ajuan pertanyaan sederhana, simpel dan manusiawi. Muncul watak aseli strata kemanusiannya. Doeloe bagaimana sekarang bagaimana. 

Pertanyaan yang butuh kepastian, dijawab secara pasti sarat ketidakpastian. Antara kalimat tanya dengan jawaban, malah adu nilai-nilai peradaban. Kasus lain, manusia belum selesai bertanya langsung tawa bebas kendali. Baru ucap kalimat pembuka, langsung masuk isi berupa tawa mentertawakan diri. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar