Halaman

Senin, 10 Mei 2021

stabilitas jiwa raga, jam kerja perut vs praktek buka mulut

stabilitas jiwa raga, jam kerja perut vs praktek buka mulut

 Rumus kehidupan diri dengan aneka atribut bukti encer otak. Sinergi segitiga mulut, perut dan otak menjadi indikator bagaimana kendali diri berkinerja 24 jam. Perlawanan diri acap diabaikan. Sinyal internal tubuh dianggap butuh perkuatan eksternal. Bukan mensinkronkan kondisi terkini dengan asupan, masukan yang terdeteksi itikad baiknya.

 Semakin intens manusia mohon petunjuk dan perlindungan diri dari yang memberinya hidup. Kian peka radar diri, kian sadar diri untuk seleksi ilahiah. Aksi reaksi spontanitas sudah diproses di hati. Urusan dunia jika dikemas pakai paket perkara hati. Hidup sesuai prosedur kehati-hatian. Sibuk diri menyebabkan orang meremahkan tanda lemah diri yang masih sayup-sayup.

 Perasaan ada indikasi masuk angin. Yakin dengan aktivitas plus makan bergizi, angin cepat berlalu tak lama-lama inap dan bikin ulah. Penyakit tak diundang, tahu-tahu sudah gelar lapak di dalam kamar. Bawa kerabat dekat bikin acara pengingat. Maka daripada itu, anak bangsa pribumi hanya berkeringat akibat asupan gizi hangat. Antar fungsi gigi mengalami percepatan kunyah, lumat, telan. 

Kebiasaan baca bahasa alam asal cerna. Lihat depan dan simak efeknya, sudah merasa lebih dari bisa. Serba cepat, serba instan menghasilkan produk senyap dan cepat lenyap. Cuma tinggal kunyah, bisa salah lumat. Tinggal tanda tangan, tanda setuju tanpa cek awal dan cek ulang. Mau diapakan diri ini. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar