Halaman

Selasa, 18 Mei 2021

teritorial di atas kertas, setor muka vs setor nyawa

 teritorial di atas kertas, setor muka vs setor nyawa

 Peribahasa saja mengalami penyesuaian dengan tantangan zaman dan arus adab bermasyrakat. “Di mana bumi dipijak, walau menang jumlah banyak, jangan berlagak”. Beda pasal dengan belantara tidak bertuan. Lain perkara dengan lokasi yang terkenal “jalma moro jalma mati”. Mirip kasus “habis mati, baru tahu diri”. Ybs sudah kapok tenan. Tidak akan mengulangi lakunya.

 Jebakan simbolik “bela negara” menjadi nyata biasnya. Aktor non-negara bebas aktif mengoplos fakta. Hati meradang melihat pihak lain hidup aman, tenteram. Berurusan dengan manusia jangan pakai jiwa kemanusiaan yang adil dan beradab. Siap butuh harus taat aturan yang bisa berubah tanpa kabar. Model hukum rimba menjadi lagu wajib.

 Frasa “untuk kepentingan umum” beda jauh dengan “demi martabat penguasa”. Namun hierarki daerah hukum, menjadi pegangan bebas tuntutan hukum. Pakai judul “wewenang diskresi pengendusan vs gebuk duluan rembuk belakangan”. Status simpan 12/29/2019 6:56 AM. 

Sejarah berulang dengan pola laku, modus watak, ekspresi jiwa yang lebih bermartabat. Beda pelaku. Pada umumnya memang begitulah fakta sejarah. Apalagi zaman pra-batu buaya ukuran raksasa masih bebas hidup. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar