Halaman

Rabu, 19 Juni 2019

akar rumput, lokasi bahan galian sila persatuan Indonesia



akar rumput, lokasi bahan galian sila persatuan Indonesia

Bagaimana sosok rakyat diilustrasikan, digambarkan, divisualkan, dirpofilkan atau dengan model infografis, ternyata sangat dinamis dan tak bisa distandarisir, dibakukan. Tidak halnya di tangan dingin manusia politik.  Kreativitas ambisi partai, nasib rakyat menjadi komoditas politik.

Partai politik yang mengatasnamakan wong cilik, kian tepuk dada jika keluar sebagai juara umum pemilu wakil rakyat. Bukti diri memang layak bertakhta di atas derita rakyat. Karakter rakyat diperhitungkan dengan jeli, cermat dan berperhitungan.

Ramah lingkungan etnis Sunda yang menghasilkan pasal dilepas di kebun bisa hidup. Beda pasal dengan sigap jiwa suku bangsa Madura. Gaya ramah dibuktikan tak mudah marah. Anti gores alias anti singgung sedemkian proaktif. Sebelum manusia Madura marah atau tersinggung, si calon biang kerok sudah terkapar, tersabet celurit.

Rekam medis wong Jawa jelas tak bisa dibandingkan, disandingkan, ditandingkan. Betapa tanggap darurat. Cuma satu orang yang memuja plus memuji, langsung ukuran lingkar kepala dan busung dada bertambah. Kian disanjung kian merasa harga diri membubung.

Tanpa batas etnis, lepas dari kedudukan teritorial hunian. Rangkaian budaya manusia nusantara yang sarat adat dan menempatkan adab. Secara horizontal menjadi perekat, pemersatu.

Ketika manusia Jawa ditegakkan, terutama oknum yang merasa serba bisa. Peribahasa bahasa Jawa, “Baladéwa ilang gapité”, membuktikan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar