Halaman

Rabu, 12 Juni 2019

politik harga gelap vs ideologi bongkar pasang


politik harga gelap vs ideologi bongkar pasang

Kalau mau tahu apa dan bagaimana bentukan sebuah parpol. Jangan berdasarkan pernah berapa kali ikut pemilu. Atau bahkan pernahkah kagernya jadi kepala negara. Jaminan mutu justru pada siapa saja yang jadi pengurus.

Latar belakang pengurus partai di tingkat paling dasar, semisal desa/kelurahan. Sesuai tingkat pemerintahan paling bawah. Ingat dengan massa mengambang Golkar zaman Orde Baru.

Paling runyam, ada lapisan penduduk yang bias politik. Serba tanggung. Bukan ke mana saja bisa. Tapi seolah-olah tak bisa ke mana-mana. Bukan tanpa daya dan atau tanpa pilihan. Tepatnya, nasib yang bicara.

Sulit dilacak. Jabatan karir apa di tubuh partai yang bisa dicapai, diraih kader mulai dari bawah. Apakah berhasil membuka cabang di tingkat desa/kelurahan. Sebagai pelengkap penderita, sehingga parpol ybs memenuhi syarat sebaran di NKRI bisa ikut pemilu.

Terlebih jika ada parpol yang berbasis organisasi kemasyarakatan. Umunya, parpol mempunyai anak perusahaan atau membuka cabang di lahan tidur. Kalkulasi politik paling mendasar adalah mencari lokasi tambang suara.

Olok-olok politik membuktikan ada lokasi atau lapisan dan atau komunitas penduduk yang daya politiknya angin-anginan. Bukan didominasi kalangan uneducated people. Mereka justru dari generasi, kalangan akademik yang kecewa dengan idolanya.

Artinya, waktu baru, gres tenan memang menjanjikan. Apalagi ‘barang baru’. Namun apa lacur. Langkah pertama bagaimana ”yang terpilih mayoritas” pilah kawan gaul, pilih teman begadang, tunjuk mitra belanja, angkat angkatan sampai lantik tangan kanan. Langsung ketahuan belangnya. 

Akhirnya, tahun demi tahun ditunggu. Masih belum merasa. Lanjut ke babak selanjutnya. Kalau belum babak belur, belum kapok. Kalau belum babak bundas, belum tuntas rasa puas. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar