Halaman

Jumat, 09 Agustus 2019

2045, politik nusantara semangkin tak berwajah nusantara


2045, politik nusantara semangkin tak berwajah nusantara

Bukan hisapan jempol kaki sendiri. Bukan ujaran nista jajaran penguasa. Demikianlah kejadian bebasnya. Rahasia umum atau bahan ajar pendidikan politik nusantara. Seabad pasca proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, in sya Allah, sudah ada ibukota negara RI pindahan dari Jakarta, sesuai tuntutan dan tantangan zaman.

Pakai skala ideal, skala ambisius, skala politik yang mana darimana akhirnya nusantara kian menyublim. Petilasan terakhir sudah terkubur ke dalam lautan. Menyusul nasib becak kayuh. Bukti sejarah peradaban nusantara lenyap dari ingatan. Sejarah pun seolah enggan menyebutkannya. Meng-amin-i untuk melupakan sejarah.

Generasi saat itu sudah terbentuk sedemikan rupa, tanpa rupa masa lampau. Nama jalan utama di ibukota anyar, memakai nama pesohor partai yang berjasa memindahbebaskan ibukota negara. Nama gang senggol diserahkan kepada nama kawanan oknum mantan wakil rakyat koalisi pro-penguasa.

Wakil rakyat jelas-jelas menyesuaikan diri menjadi “dewan penyantun partai politik”.  Listrik menjadi barang langka. Tergantung pasokan dari dunia lain. Mobil dan motor listrik menjadi primadona pendapatan asli negara. Manusia dan atau orang yang tak mau aktif di sebuah parpol, akan dikenai pajak progresif. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar