Halaman

Kamis, 15 Agustus 2019

nilai tukar Pancasila 5.0, ideologi negara vs ideologi parpol


nilai tukar Pancasila 5.0, ideologi negara vs ideologi parpol

Nusantara sebagai negara gemar berkembang, diindikasikan butuh saja dan atau butuh sekali bantuan, dukungan, sokongan investasi yang besar, banyak, tinggi untuk menciptakan, mendongkrak, menggali produktivitas di dalam negeri.

Investasi dan penanaman  modal bukan pengemplang pajak. Selain sebagai pemacu dan pemicu pertumbuhan ekonomi lokal, mampu menambah jenjang status sosial masyarakat.

Tumbuhnya masyarakat kelas menengah lebih menuntut produk,  jasa, layanan, operasi khusus yang berkelas. Daya belanja bak bukan dari negera berkembang.  Bahkan daya borong mampu meraup produk dengan harga bukan tarif`dasar, asal sesuai tuntutan adab diri.  Kondisi ini menjadi peluang potensial bagi industri politik kreatif.  

Politik kreatif menawarkan pesona dunia dengan segala atribut. Sampai ulama terbawa arus menjadi ulama dunia, ulama istana. Ulama gemar kursi kuasa.

Di Indonesia, perkembangan kelas menengah diprediksi akan terus meningkat. Hal ini merupakan peluang pasar bagi syahwat politik kreatif lokal. Produk politik kreatif nusantara tetap akan dihadapkan pada persaingan dengan produk politik kreatif global yang sudah lama merasuk sejak zaman penjajahan, atau pra Indonesia merdeka.

2030, asumsi 135 juta penduduk Indonesia dari estimasi total penduduk sebesar 280 juta, akan memiliki penghasilan bersih (net income) di atas US$ 3.600 (berdasarkan purchasing power parity 2005) jika pertumbuhan PDB Indonesia antara 5-6%.

Investasi, khususnya yang berbasis valuta asing terasa nyata dan dominan. Pola ini akan menjaga stabilitas mental penguasa di mata dunia. Akhirnya, pergerakan nilai tukar Pancasila akan terjaga dari rongrongan dalam negeri. Teror politik menjadi agenda terselubung utama. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar