Halaman

Sabtu, 08 November 2014

SBY vs MJK

Beranda » Berita » Opini
Selasa, 14/06/2005 11:29

SBY vs MJK

Siapa bilang kalau SBY sebagai RI-1 perang dingin melawan MJK sebagai RI-2. dari berbagai sumber yang ditampung dari jalanan, istana, diplomatik, maupun literature mereka mempunyai babakan : AKRAB, AKBAR, BAKAR, BARAK, KABAR

 AKRAB = walau bukan dwitunggal, paling tidak berangkat dari satu kepentingan bersama yaitu menang dalam Pilpres 2004. setelah menang itu urusan belakang dan sambil jalan. Terbukti, MJK sambil menyelam di air keruh bisa menjadi Ketua Umum Partai Golkar (PG). Semula PG sebagai dedengkot Koalisi Kebangsaan anti pasangan capres SBY+MJK. Memang di dunia politik, tidak ada kawan abadi, tidak ada lawan langgeng. Tidak ada sekutu sampai mati, tidak ada seteru di bawa mati. Semua tergantung kepentingan dan kepentingan merupakan fungsi uang. Setelah MJK menggusur AKBAR Tandjung, paling tidak untuk periode berikutnya sudah siap-siap berkibar. Menghilangkan kata "wakil". Sabar untuk menjadi ban serep. Itulah mental pengusaha pada umumnya, yang tak mau rugi. Selain modal harus kembali, harus ada keuntungan untuk menjadi modal berikutnya. Modal berganda, modal berbuah modal, wajar.

AKBAR bisa dikonotasikan akting bareng, terutama untuk konsumsi pemberitaan, bukannya untuk menjaga wibawa di hadapan rakyat (terutama rakyat pemilihnya). Sebagai figur publik memang harus tampil seadanya, tak perlu mengada-ada. Rencana akbar telah tergapai yaitu ketika pengambil sumpah sebagai RI-1 dan RI-2, saat ini merupakan puncak prestasi, berada dalam titik kulminasi. Secara alami mereka mengalami degradasi, mengalami proses eliminasi.

BAKAR = banyak karakter yang menyelimuti pasangan SBY dan MJK. Mulai karakter yang bisa sinergis sampai yang memasuki nuansa politik biaya tinggi. Air pun bisa terbakar. Jangan sampai perang dingin berbasis emosi yang membara akan membakar hati nurani, akan menghanguskan kalbu. Jangan sampai mengobarkan antipati, terlebih mengorbankan rakyat yang sedabg dilanda busung lapar.

BARAK, lebih tepat untuk SBY yang alumnus barak. Jangan tertegun kalau korban Tsunami 26 Desember 2004 dimukimkan di barak. MJK sebagai pengusaha nasional mungkin belum merasakan pahit manisnya kehidupan barak. Tepatnya apakah ybs mempunyai kepekaan, kepedulian, ketanggapan atas peri kehidupan, tata hidup rakyat yang tinggal di bawah standar barak. Barak ternyata bisa masuk hitungan komoditas politik dan ekonomi.

KABAR = sebagai sumber kabar atau justru diharapkan peka terhadap kabar. Kelompok tertentu malah memanfaatkan sebagai sumber inspirasi. Agar hukum tidak berlaku surut tetapi boleh berjalan mundur. Kabur bareng bukan makna dari dimensi kabar. Kasus bareng bisa menjadi fatwa untuk menghadapi fakta tersangka baru. Kita tak boleh buruk sangka karena rupa buram malah cermin tetangga diancam. Kabar kabur karena kabar burung. Burung tetangga nampak lebih berkicau. Burung di seberang dunia lain lebih nampak katimbang burung sendiri di genggaman. Kita kirim dukungan, tak harus dengan SMS. Kita panjatkan do’a tak perlu meludah ke atas. Memang kita ditakdirkan sebagai komentartor yang bijak, bukan sebagai pemain yang serba bisa, bisa-bisanya cuma bisa tanpa basa-basi. (hn) Bersambung di ..... KAMAR, KARAM, KRAMA, MAKAR, MARAK


Tidak ada komentar:

Posting Komentar