Selasa, 14/06/2005 11:29
SBY vs MJK
Siapa bilang kalau
SBY sebagai RI-1 perang dingin melawan MJK sebagai RI-2. dari berbagai sumber
yang ditampung dari jalanan, istana, diplomatik, maupun literature mereka
mempunyai babakan : AKRAB, AKBAR, BAKAR, BARAK, KABAR
AKRAB = walau bukan dwitunggal, paling
tidak berangkat dari satu kepentingan bersama yaitu menang dalam Pilpres 2004.
setelah menang itu urusan belakang dan sambil jalan. Terbukti, MJK sambil
menyelam di air keruh bisa menjadi Ketua Umum Partai Golkar (PG). Semula PG
sebagai dedengkot Koalisi Kebangsaan anti pasangan capres SBY+MJK. Memang di
dunia politik, tidak ada kawan abadi, tidak ada lawan langgeng. Tidak ada
sekutu sampai mati, tidak ada seteru di bawa mati. Semua tergantung kepentingan
dan kepentingan merupakan fungsi uang. Setelah MJK menggusur AKBAR Tandjung,
paling tidak untuk periode berikutnya sudah siap-siap berkibar. Menghilangkan
kata "wakil". Sabar untuk menjadi ban serep. Itulah mental pengusaha
pada umumnya, yang tak mau rugi. Selain modal harus kembali, harus ada keuntungan
untuk menjadi modal berikutnya. Modal berganda, modal berbuah modal, wajar.
AKBAR bisa dikonotasikan akting bareng, terutama untuk
konsumsi pemberitaan, bukannya untuk menjaga wibawa di hadapan rakyat (terutama
rakyat pemilihnya). Sebagai figur publik memang harus tampil seadanya, tak
perlu mengada-ada. Rencana akbar telah tergapai yaitu ketika pengambil sumpah
sebagai RI-1 dan RI-2, saat ini merupakan puncak prestasi, berada dalam titik
kulminasi. Secara alami mereka mengalami degradasi, mengalami proses eliminasi.
BAKAR = banyak karakter yang menyelimuti pasangan SBY dan
MJK. Mulai karakter yang bisa sinergis sampai yang memasuki nuansa politik
biaya tinggi. Air pun bisa terbakar. Jangan sampai perang dingin berbasis emosi
yang membara akan membakar hati nurani, akan menghanguskan kalbu. Jangan sampai
mengobarkan antipati, terlebih mengorbankan rakyat yang sedabg dilanda busung
lapar.
BARAK, lebih tepat untuk SBY yang alumnus barak. Jangan
tertegun kalau korban Tsunami 26 Desember 2004 dimukimkan di barak. MJK sebagai
pengusaha nasional mungkin belum merasakan pahit manisnya kehidupan barak.
Tepatnya apakah ybs mempunyai kepekaan, kepedulian, ketanggapan atas peri
kehidupan, tata hidup rakyat yang tinggal di bawah standar barak. Barak ternyata
bisa masuk hitungan komoditas politik dan ekonomi.
KABAR = sebagai sumber kabar atau justru diharapkan peka
terhadap kabar. Kelompok tertentu malah memanfaatkan sebagai sumber inspirasi.
Agar hukum tidak berlaku surut tetapi boleh berjalan mundur. Kabur bareng bukan
makna dari dimensi kabar. Kasus bareng bisa menjadi fatwa untuk menghadapi
fakta tersangka baru. Kita tak boleh buruk sangka karena rupa buram malah
cermin tetangga diancam. Kabar kabur karena kabar burung. Burung tetangga
nampak lebih berkicau. Burung di seberang dunia lain lebih nampak katimbang
burung sendiri di genggaman. Kita kirim dukungan, tak harus dengan SMS. Kita
panjatkan do’a tak perlu meludah ke atas. Memang kita ditakdirkan sebagai
komentartor yang bijak, bukan sebagai pemain yang serba bisa, bisa-bisanya cuma
bisa tanpa basa-basi. (hn) Bersambung di ..... KAMAR, KARAM, KRAMA, MAKAR,
MARAK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar