Halaman

Sabtu, 22 November 2014

Zaman Atau Masyarakat Yang Berubah, Tulang Rusuk Menjadi Tulang Punggung

Zaman Atau Masyarakat  Yang Berubah, Tulang Rusuk Menjadi Tulang Punggung


Tantangan Zaman
Karena mampu mengerjakan pekerjaan lelaki yang notebene mengandalkan tenaga, fisik dan otot -  menjadi tukang becak, sopir bis, juru parkir - maka perempuan/wanita bukan makhluk yang lemah. Bahkan didaulat sebagai makhluk perkasa, seolah bisa melampaui  batas kodratinya.

Menjadi ibu rumah tangga atau memilih jalur sebagai wanita karier adalah pilihan, bukan hal yang dikotomis. Bisa menuntut ilmu dan pendidikan sampai strata tertinggi pun bukan hal yang mustahil. Kedua contoh ini bukan sekedar berlakunya emansipasi ataupun persamaan hak antar gender.

Islam telah menempatkan perempuan sebagai makhluk yang mulia dan mempunyai tugas, fungsi dan peranan menurut kodratnya. Diberikan kelebihan perempuan dari lelaki dalam perasaannya, yaitu rasa kasih sayangnya untuk menunaikan risalah keibuan.

Tugas perempuan yang pertama dan utama dan tidak ada pertentangan di dalamnya adalah mendidik generasi yang telah dipersiapkan oleh Allah swt. Bukan berati profesi dan kiprah di luar rumah diharamkan oleh Islam, karena masyarakat mengharapkan bahkan menuntut campur tangan perempuan dalam rangkaian memajukan ummat.

Kedudukan Lelaki-Perempuan
Kontribusi perempuan mulai dari urusan rumah tangga sampai urusan negara, tercatat dalam sejarah. Secara historis, perempuan Indonesia tidak masuk kategori pepatah Jawa : "swarga nunut, neroko katut" atau terjemahan bebasnya : "surga menumpang, neraka terbawa". Kiasan tentang istri yang hanya mengikuti langkah suami kemana saja, sampai ke surga dan neraka.

Allah berjanji kepada orang mukmin, tersurat dalam bagian depan [QS At Taubah (9) : 71] : “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.” Artinya, dalam urusan akhirat, lelaki dan perempuan mempunyai kedudukan yang setara.

Tulang Rusuk
Ibu Hawa sebagai perempuan pertama, diciptakan Allah bukan dari tanah, karena kodrat perempuan tidak sama dengan kodrat lelaki. Perempuan juga tidak diciptakan dari kepala lelaki (Adam), supaya tidak melebihi atau mengungguli kodrat lelaki. Perempuan juga tidak diciptakan dari kaki, supaya perempuan tidak dihinakan oleh lelaki atau dinjak-injak lelaki.

Ibu Hawa diciptakan dengan bahan baku dari tulang rusuk kiri  Adam, karena memang diciptakan berpasangan. Islam mempunyai tuntunan dalam menyikapi kodrat perempuan, sesuai sunnah Rasulullah saw : “Berwasiatlah untuk para wanita karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk dan yang paling bengkok dari bagian tulang rusuk adalah bagian atasnya. Jika engkau ingin meluruskan tulang rusuk tersebut maka engkau akan mematahkannya, dan jika engkau membiarkannya maka ia akan tetap bengkok, maka berwasiatlah untuk para wanita” (HR Al-Bukhari).

Peran sebagai ‘tulang rusuk’ bersifat dinamis, memasuki domain sebagai isteri, ibu dan anak, terlihat betapa posisi strategis perempuan sebagai isteri. Dari 19 keutamaan perempuan menurut hadits, hadits ke 14 : “Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah swt memasukkan dia ke dalam surga terlebih dahulu daripada suaminya (10.000 tahun).”

Banting tulang, peras keringat, putar otak kaum hawa untuk mencari nafkah, dari mulai sekedar membantu ekonomi keluarga sampai pada tingkatan sebagai tulang punggung, harus kita sikapi dengan arif. Ibu menjadi idola dan panutan anak, bukan hal yang tabu dan bukan seolah menyisihkan peran ayah.

Perempuan dengan kadar agama dan ilmunya, jangan sampai merasa super, atau terjebak oleh kehidupan dunia. “Wanita itu tiang negara, bila dia (wanita) baik, maka baiklah negara itu. Tetapi bila wanita itu rusak maka rusaklah negara itu.”(ahli hikmah).



-----------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar