ANJING MENGGONGGONG, KAFILAH BERLALU
Semakin tinggi
panjat pohon, angin semakin kuat menerpa dan lihat ke bawah mudah gamang serta
kalau jatuh berbahaya. Kalau akar tidak kuat, kita bisa tumbang bersama pohon.
Begitu juga dengan pengemban amanah : jabatan. Semakin tinggi kursi yang
diduduki, semakin banyak angin fitnah menerpa, banyak pihak lebih berambisi,
merasa lebih bisa dan tidak sabar antri, berbagai kepentingan menggerogoti
secara sistematis, masif dan selalu mengatasnamakan rakyat atau elemen
masyarakat.
Memang, orang
tergelincir karena kerikil, bukan karena batu besar. Kerikil dijatuhkan dari
tempat yang tinggi atau diketapelkan dengan kuat, bisa berakibat fatal. Segenggam
salju menggelinding dari puncak gunung, bisa menjadi bola salju yang
mengakibatkan bencana alam. Atau mengatakan sesuatu yang tidak dia lihat,
ketahui, lakukan, maupun fahami. Bencana lidah lebih biadab dari fitnah.
Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) sebagai kepala negara atau presiden RI memang wajib mempunyai
kepekaan, kepedulian, kehirauan, dan daya tanggap terhadap aspirasi rakyat.
Walau satu orang rakyat bersuara, wajib didengar. Terlebih suara yang
konstruktif. Satu suara bisa menentukan keseimbangan bahkan bilangan. Gema
suara bisa menimbulkan kepanikan dan daya rusak yang luar biasa. Pesan suara,
dari telinga ke telinga, sampai ke pendengar terakhir atau yang dituju bisa
100% berubah. Kemajuan teknologi, menyebabkan pesan berantai liwat layanan
pesan singkat (SMS), sesuai pengirim awalnya. Niatnya seperti orang yang
meludah ke atas.
jika SBY tersentuh
nuraninya dengan SMS fitnah, anggap saja anjing menggonggong. Semakin dilayani,
malah akan menggigit (karena berhasil). Sebagai kalifah, ajak terus kafilah berjalan,
utamakan kepentingan nasional! [HaeN]. 5 Juni 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar