Senin,
21/04/2003 09:52
KOBARKAN SEMANGAT
"AA GYM" : PARTAI POLITIK ISLAM DAN ....
PARTAI POLITIK ISLAM DAN TEORI BELAH DIRI
Jika Irak diibaratkan bangkai raksasa yang diperebutkan para burung pemakan
bangkai sebagai hal yang wajar. "Dapat diperkirakan bahwa kamu akan
diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang yang berebut
melahap isi mangkok," kata Rasulullah SAW. Para Sahabat
bertanya,"Apakah saat itu jumlah kami sedikit, ya Rasulullah?"
beliau menjawab,"Tidak, bahkan saat itu jumlah kalian banyak sekali,
tetapi seperti buih dan kalian ditimpa penyakit wahn." Mereka bertanya
lagi,"Apa itu penyakit wahn, ya Rasulullah?" Beliau menjawab
,"Kecintaan yang sangat kepada dunia dan takut mati." (HR Abu
Dawud). (dikutip dari Hikmah, Republika - Rabu, 16 April 2003).
Kondisi di atas disadari betul oleh para politikus Islam. Mengacu pada
ajaran ADAB MAKAN yang disebutkan bahwa "berhentilah makan sebelum
kenyang" yang kemudian dijadikan pegangan politikus berbasis Islam.
Jangankan kenyang, makan pun belum pernah!!! Di zaman Orde Baru, hanya sedikit
partai politik Islam yang berkesempatan makan. Beberapa dekade terakhir Orde
Baru partai politik tinggal satu yaitu Partai Persatuan Pembangunan utawa PPP.
Bayangkan, dalam tubuh PPP banyak orang antri untuk "makan"!!! Barisan
orang antri ini mungkin sampai tingkat RT. Setiap menjelang pesta demokrasi
semakin banyak orang yang jantungan tidak karuan. Selangkah demi selangkah,
antrian semakin panjang. Barisan depat merapatkan antrian, bisik-bisik mikirkan
untung rugi. Barisan belakang saling sodok-menyodok dalam lingkaran, saling
sikut-menyikut dalam rangkulan, saling jegal-menjegal dalam himpitan, saling
cakar-mencakar dalam ikatan.
Memasuki era Reformasi, banyak orang keluar dari barisan. Daripada antri
tetapi kapiran lebih baik membuat barisan sendiri. Merasa punya pengikut,
merasa punya akal maka banyak oknum yang mendirikan partai politik Islam.
Sampai teganya oknum untuk menyempalkan diri dari partai politiknya, untuk
mendirikan tandingan. Nama dan lambang parpol boleh mirip, tapi urusan dunia
jelas sekali tak ada bedanya. Sama-sama bernafsu jadi orang nomer satu. Dalil
dan faham yang dianut cukup sederhana , yaitu : Tampuk kekuasaan Tumpuk
kekayaan Tampik kebenaran
Akhirnya penyakit wahn - yang jelas lebih dahsyat daripada penyakit
SARS, ternyata tidak bikin merinding para tokoh Islam untuk tetap berparpol
ria. Terlebih untuk memenangkan Pemilu 2004 segala upaya pasti akan dicoba.
Demi duniawi, membelah diri dari partainya agar tak dicap sebagai parasit atau
lebih mulia kalau membuat tandingan. Membelah diri agar jumlah bertambah secara
biologis sah-sah saja, tetapi kalau dalam jumlah tetap berarti sebagai bunuh
diri. Membunuh ukhuwah, merenggangkan persaudaraan, menganaktirikan persatuan,
mengesampingkan kebersamaan, membelah pertemanan. Susah juga untuk sadar diri,
karena tolok ukur dan kriterianya adalah kekuasaan. Memangnya kalau tidak kaya
dan kenyang tidak bisa beribadah. Memangnya kaya dan kenyang dengan urusan
duniawi akan memperlancar urusan akhirat. (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar