Halaman

Jumat, 28 November 2014

PARTAI POLITIK ISLAM DAN ....

Senin, 21/04/2003 09:52
KOBARKAN SEMANGAT "AA GYM" : PARTAI POLITIK ISLAM DAN ....

PARTAI POLITIK ISLAM DAN TEORI BELAH DIRI

Jika Irak diibaratkan bangkai raksasa yang diperebutkan para burung pemakan bangkai sebagai hal yang wajar. "Dapat diperkirakan bahwa kamu akan diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang yang berebut melahap isi mangkok," kata Rasulullah SAW. Para Sahabat bertanya,"Apakah saat itu jumlah kami sedikit, ya Rasulullah?" beliau menjawab,"Tidak, bahkan saat itu jumlah kalian banyak sekali, tetapi seperti buih dan kalian ditimpa penyakit wahn." Mereka bertanya lagi,"Apa itu penyakit wahn, ya Rasulullah?" Beliau menjawab ,"Kecintaan yang sangat kepada dunia dan takut mati." (HR Abu Dawud). (dikutip dari Hikmah, Republika - Rabu, 16 April 2003).

Kondisi di atas disadari betul oleh para politikus Islam. Mengacu pada ajaran ADAB MAKAN yang disebutkan bahwa "berhentilah makan sebelum kenyang" yang kemudian dijadikan pegangan politikus berbasis Islam. Jangankan kenyang, makan pun belum pernah!!! Di zaman Orde Baru, hanya sedikit partai politik Islam yang berkesempatan makan. Beberapa dekade terakhir Orde Baru partai politik tinggal satu yaitu Partai Persatuan Pembangunan utawa PPP. Bayangkan, dalam tubuh PPP banyak orang antri untuk "makan"!!! Barisan orang antri ini mungkin sampai tingkat RT. Setiap menjelang pesta demokrasi semakin banyak orang yang jantungan tidak karuan. Selangkah demi selangkah, antrian semakin panjang. Barisan depat merapatkan antrian, bisik-bisik mikirkan untung rugi. Barisan belakang saling sodok-menyodok dalam lingkaran, saling sikut-menyikut dalam rangkulan, saling jegal-menjegal dalam himpitan, saling cakar-mencakar dalam ikatan.

Memasuki era Reformasi, banyak orang keluar dari barisan. Daripada antri tetapi kapiran lebih baik membuat barisan sendiri. Merasa punya pengikut, merasa punya akal maka banyak oknum yang mendirikan partai politik Islam. Sampai teganya oknum untuk menyempalkan diri dari partai politiknya, untuk mendirikan tandingan. Nama dan lambang parpol boleh mirip, tapi urusan dunia jelas sekali tak ada bedanya. Sama-sama bernafsu jadi orang nomer satu. Dalil dan faham yang dianut cukup sederhana , yaitu : Tampuk kekuasaan Tumpuk kekayaan Tampik kebenaran

Akhirnya penyakit wahn - yang jelas lebih dahsyat daripada penyakit SARS, ternyata tidak bikin merinding para tokoh Islam untuk tetap berparpol ria. Terlebih untuk memenangkan Pemilu 2004 segala upaya pasti akan dicoba. Demi duniawi, membelah diri dari partainya agar tak dicap sebagai parasit atau lebih mulia kalau membuat tandingan. Membelah diri agar jumlah bertambah secara biologis sah-sah saja, tetapi kalau dalam jumlah tetap berarti sebagai bunuh diri. Membunuh ukhuwah, merenggangkan persaudaraan, menganaktirikan persatuan, mengesampingkan kebersamaan, membelah pertemanan. Susah juga untuk sadar diri, karena tolok ukur dan kriterianya adalah kekuasaan. Memangnya kalau tidak kaya dan kenyang tidak bisa beribadah. Memangnya kaya dan kenyang dengan urusan duniawi akan memperlancar urusan akhirat. (hn)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar