Halaman

Senin, 14 Februari 2022

wangsa pribumi peranakan nusantara nx2G

 wangsa pribumi peranakan nusantara nx2G

Ganjil-Genap. Pasal tersurat simak UU 18/2014 tentang Kesehatan Jiwa. Kesibukan berbangsa dan bernegara manusia politik, dalam skala 24 jam, memang sarat, padat dengan permainan waktu. Asupan ideologi menjadikan manusia politik tahan banting dan tahan segala cuaca. Akhirnya, mereka sendiri tak tahu sedang mementaskan peran, lakon apa. Skenario berlapis selalu menunggu setiap waktu. Tanpa kompromi. Makanya semua pasal modus menjadi konstitusional dalam kemasan politik.

Gèdhèg-gèdhèg. Gerakan kepala memang beda dengan manthuk-manthuk, monthak-manthuk. Simbolis politis bermakna bebas tafsir. Ingat paribasan Jawa, begini tulisannya : si gèdhèg lan si anthuk. Maksud niat arti adalah, wong loro kang wis padha kangsèn tumindak ala bebarengan; wong-wong sing padha sekongkol. Apakah sebagai pratanda, isyarat kondisi yang akan terjadi di zaman sekarang. Bahasa tubuh, raga yang dominan adalah anggukan kepala atau gelengan kepala. Moderatnya, adalah diam tanpa kata, tanpa senyum. Mental loyalis, durung ditakoni wis ngarani.

Gonjang-ganjing. Kinerja kawanan, relawan literasi politik digital bertimbal balik dengan bencana politik tanpa musiman. Asumsi historis, bukti empiris maupun fakta hipotesis, simpul ringan permaksudan “gègèr unggah-ungguh notonegoro margo éthok-éthok mancasila”. Kian disibak malah menampakkan pasal yang lebih dalam. Demi aman diri dan lingkungan, anggap rahasia umum syarat umum bernegara di negara berkemajuan liwat ujaran bebas tanpa batas. Suku bangsa Jawa sudah mulai meninggalkan plus menaggalkan tata bahasa Jawa yang sarat tata krama.

Gojak-gajek, Suasana kebatinan penyelenggara negara, pejabat publik, penguasa – khususnya yang baru kontrak di periode pertama – sudah mulai pasang kuda-kuda. Bagi yang memang biasa sepi ing pamrih, ramé ing gawé, tetap adem ayem. Ora perlu mbingungi.  Rakyat tahu, oknum siapa yang gas-gasan, wedi kedisikan. Wedi ora keduman. Wis édan tenan, tetep ora keduman. Wedi konangan, becik ketitik, olo ketoro. Angger ojo njaluk tulung wong liyan. Opo menèh nyaluk tulung negoro liyan.

Géla-gélo. Manifestasi politik aktif lokal pemain solo, pelaku tunggal daripada aplikasi plonga-plongo, plompang-plompong, ndomblang-domblong. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar