Halaman

Rabu, 09 Februari 2022

melèk-paham-sadar politik nemen, malah dadi demen khianat

 melèk-paham-sadar politik nemen, malah dadi demen khianat

Bukan rumusan suka-suka, gaya bebas politik nusantara. Prakteknya lebih daripada itu. Tidak bisa disimpulkan. Pelakunya saja tidak tahu pakai modus apa. Asal sesuai kebijakan partai, ditanggung aman. Kian aman jika mampu mengamankan agenda ganda, skenario berlapis, modus terselubung partai. Efek karambol, efek domino laga bebas menginspirasi kawanan anggota.

Fokus dan konsentrasi rakyat mudah digiring. Demi nusa dan bangsa, tanah air, tanpa banyak cingcong langsung singsingkan lengan baju. Cancut tali wondo. Gotong royong. Menuju “Indonesia Emas 2045”. Diperlukan pengorbanan rakyat. Bersyukur, bangsa Indonesia termasuk bangsa pemaklum.

Timbal balik pemerintah atau penguasa ke rakyat, adalah rakyat mendapat stigma permanent underclass, uneducated people, bernasib kurang beruntung, marginal alias terpinggirkan. Ritual demokrasi hanya menghasilkan kedaulatan ada di tangan penguasa, pemenang pesta demokrasi.

Demokrasi semakin menunjukkan sebagai hak milik penguasa. Penyelenggara negara didominasi parpol pemenang dan peserta pemilu, bermain di semua lini. Intimidasi poitik berdalih konstitusional. Proses pembodohan rakyat semakin masif. Rakyat hanya sebagai pengguna akhir, terima jadi apa adanya. Daya kritis akan berhadapan dengan pasal makar. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar