Halaman

Selasa, 20 April 2021

hiruk-pikuk anak-anak praktek tarawih, sang bapak taat asas jaga jarak di rumah saja

 hiruk-pikuk anak-anak praktek tarawih, sang bapak taat asas jaga jarak di rumah saja

 Tahun kedua agresi pandemik covid-19, termasuk mempengaruhi pemakmuran masjid di bulan Ramadhan. Sikap optimis umat Islam, tetap pada jalur protokol kesehatan. Himbauan pemerintah lewat kementerian agama, fatwa MUI, seruan DMI maupun otoritas pemerintah lokal, disikapi secara moderat.

 Tak ada pasal, dalil menentukan jaga jarak vertikal. Mengandalkan pasal medis, klinis atau aspek sehat secara proaktif, preventif, protektif, cegah tangkal, antisipasi sejak dini bukan langkah sia-sia. Kebijakan pemerintah berdasarkan pengalaman menangani kasus endemi, pagebluk atau bencana alam terkesan menunggu sampai jenggot ludes terbakar.

 Sepuluh hari pertama Ramadhan 1442H, masjid setempat masih berkenormalan. Bahkan sejak tahun pertama. Jamaah berjarak dan dengan sajadah pribadi. Karpet masjid digulung. Ramadhan 1442H karpet digelar kembali. Kearifan dan cerdas jamaah memposisikan sajadah bawaan diri dari rumah. Tidak mau repot, sajadah dititipkan di mihrab, terutama lebar standar non-Indonesia.

 Anak-anak tanpa bedakan gender, menjadikan masjid multimanfaat, multiguna, multifungsi. Belum wajib sholat pun ikut memakmurkan masjid. Lantai dua didominasi kelompok umur anak-anak. Jangan dilarang atau bahkan dimarahi bikin ribut. Maklum, kebanyakan anak kompleks yang bapaknya sibuk jaga rumah. Anak TPA, remaja masjid, anak ponpes masih tahu adab.

 Kerumunan anak-anak perempuan bak emak-emah ngrumpi, arisan atau temu di jalan. Sudah suratan nasib masjid lingkungan. Tersimpulkan kejadian yang masih terjadi menjadi judul. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar