Halaman

Jumat, 09 April 2021

mau tak mau vs tahu sama tahu

mau tak mau vs tahu sama tahu

 Cerdas ideologi generasi tanpa batas umur, sepertinya kian mudah terprovokasi, terkontminasi jiwa sendiri. Gelar akademis tidak identik dengan kedewasaan membaca peta politik. Mereka punya idola, walau idola semu. Tak tahu kenapa mengidolakannya. Mungkin salah makan atau telan obat yang sudah kedaluwarsa.

 Gaya loyalis penguasa, meracuni kadar sadar politik generasi yang sibuk mencari jati diri, identitas ke-diri-annya. Apa guna partai politik, kalau negara multipartai jadinya hanya begini-begini saja. Tampilan manusia politik yang katanya sudah menghabiskan stok asam garam, kok cuma sebegitu saja.

Rumpun Melayu yang mendominasi bangsa Indonesia, masih kentara, nyata, jelas pada watak dasar yang suka dipuja, dipuji, gemar disanjung. Kelamaan tidak ada yang memuji dirinya, maka ybs tanpa malu-malu memuji dirinya. Hebatnya lagi, sudah ada loyalis yang mendapat tugas mulia sebagai juru sanjung.

Bahkan pada derajat, skala politik tertentu, setan iri plus dengki dengan “tipu muslihat berlipat manusia”. Setan merasa serba kalah melawan modus politik manusia. 

Sementara waktu, kita istirahatkan diri. Ingat judul olah kata “éfék domino éra mégatéga, gembala penyesat vs gembala penghasut”, status 8/27/2018 8:27 PM. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar