Halaman

Rabu, 14 April 2021

wedhus diumbar ing pakacangan

 wedhus diumbar ing pakacangan

 Judul dicomot bebas dari ungkapan bahasa dan bangsa Jawa. Maksud kata adalah “kambing dilepas di ladang kacang”. Mana yang lebih tua, duluan dengan peribahasa “tikus mati di lumbung”. Nama diri bisa identik dengan tabiat kemartabatan manusia. Tindak tanduk, tingkah laku, tata krama maupun pasal hidup jika salah-salah salah ybs, salah sendiri mampu mendorong manusia sampai ambang bawah kehinaan.

 Keterbalikan dari pemfaktaan manusia dengan hewan, binatang. Membuat manusia kalah pamor. Mau kesohor malah tekor. Justru dengan aneka, varian tekor menjadikan nama diri selaku manusia identik pesohor.

 Budaya melayu lebih mengutamakan berpolitik lebih bajik dan bijak ketimbang berpartai politik. Golkar saat zaman rezim militer-politik Orde Baru mampu menjadi kendaraan politik sang penguasa tunggal. Aspek kehidupan bernegara menjadi subordinasi modus politik, obyek vital motivasi politik musiman. Indikator tatanan politik sehat tergantung kiblat politik penguasa. Tersurat plus tersirat pada sistem lalu lintas kiri nusantara. Hati-hati berjalan kaki di tepi sebelah kiri.

 Ikatan moral antar sesama penyuka pasal rasa per-umbar-an sesuai batas waktu dan kesaksian jiwa. Menghadapi musuh bersama macam agresi pandemi covid-19. Protokol kesehatan menjadi rujukan dan payung hukum, menjadi bisa karena format kebijakan politik. Selain itu hak untuk mendapatkan politik sehat vs sehat politik merupakan salah satu dari hak asasi yang melekat pada manusia.

 Perumbaran secara formal dikemas lewat paket demokrasisasi. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar