Halaman

Jumat, 30 April 2021

4 sehat 5 sempurna 6 boros

4 sehat 5 sempurna 6 boros

 Bukan masalah daya ingat diri. Saat mau memulai melangkahkan tangan menarasikan judul. Muncul rekaman diri yang dipacu niatan mau beli beras, pagi nanti. Akhir April 2021. Pakai rute dimaksud, pikir-pikir sekalian beli. Sekali jalan 2-3 pembelian tercapai. Masalahnya bukan itu. Ingat entah kapan kejadian. Jelas sebelum tragedi agresi pandemi covid-19. Sibuknya penjual menakar beras merah tunjukkanku. Emak-emak tapi cukup satu emak, busana daster motof dan warna tidak jelas. Cukup beli 1 lt beras senilai 8.500 Rp.

 Kasus lain, beda pihak. Kaidah makn sehat sesuai hari. Diet sehat ikuti pasang surut daya bugar diri. Pola pilah pilih pangan produk lokal. Sehat dikunyah mentah. Aneka buah diblender terpadu. Rasa di lidah tidak masalah. Demi jaga sehat fisik, bisa tangguh sehari semalam. Oplosan, campur baur, kanibal sesuai kelas dan daya cerna perut.

 Ternyata perut punya cerita lain. Seolah bingung kinerjanya diremehkan. Daya serap usus sesuai fungsinya terbaikan. Digelontor curah tuang bebas. Alih-alih berenergi. Energi terpakai untuk menahan aksi BAB yang tak kenal waktu. Perut tidak mau dikendalikan secara mekanisme internal. 

Pemborosan terjadi akibat menentukan menu selaku antisipasi atau obat atas efek serapan. Daya dorong perut bak tabung reaksi, menjadi rutinitas tak terduga. Supergizi yang tak terserap atau seharusnya sekali pakai, malah tertimbun. Menjadi biang penyakit yang belum ada namanya. Lebih daripada itu, tubuh seolah butuh bantuan nafas buatan, pacu jantung atau penahan nafsu panggilan perut. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar