Halaman

Senin, 12 April 2021

vonis hidup mengiringi langkah kematian manusia

 vonis hidup mengiringi langkah kematian manusia

 Seperangkat akal sehat manusia untuk memahami ayat kauniyah, hanya sebatas pemanasan, modal awal. Belum menemukan lokasi pintu masuk. Walau secara kasat mata diperhadapkan. Mulai sigap diri di akhir malam, menatap wajah diri di cermin kehidupan. Menyimak status lekukan dan guratan kulit wajah. Terbacakah pancaran jiwa lewat sepasang mata. Angan-angan apa saja yang menghadang.

 Dramatisasi kehidupan yang masuk kategori masa lalu, menghantui niatan sibuk hari ini. Mulai dari nol atau kehendak meneruskan, menutup kekurangan kemarin. Benang merah antar waktu, membuat manusia terjebak oleh urusan waktu. Motif ingat waktu untuk memanfaatkan waktu sarat urusan akhirat. Optimalkan urusan dunia selaku makhluk sosial, sesuai ketetapan-Nya.

 Bukan kesengajaan atau kurang pengetahuan bahwasanya jika manusia utamakan urusan akhirat. Maka urusan dunia akan mendapatkan kemudahan, kelancaran dari-Nya. Nikmat dunia akan menyertai, dampak ikutan bukan sekedar amal pahala bekal di kehidupan kekal kelaknya.

 Kembali ke perakalan. Wajar sesuai daya nalar, manusia menggunakan rumus hidup sesuai bahasa dan kamus manusia. Hafal rumus matematis. Terpaku dengan dalil sebab-akibat. Membaca fenomena alam secara adab bermanusia. Tanam apa saja, rumput tumbuh lebih subur. Sengaja tanam pelihara rumput hias, malah bikin repot tangan dan hati.

 Berkehidupan kembali saat bisa bangkit pagi atau bangun kesiangan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar