Halaman

Rabu, 28 April 2021

fragmen laku simpang, konsekuensi politik vs tekanan ekonomi

 fragmen laku simpang, konsekuensi politik vs tekanan ekonomi

Kondang mana antara penjahat dengan penjahit. Jelas masih kalah beken dengan pelaku, manusia politik. Di balik kedigdayaan negeri multipartai. Tepatnya di atas petugas partai masih ada petugas partai yang lebih eksis. Tanpa partai politik, kutub tirani minoritas, wujudan manusia ekonomi. Menjadi penentu nasib bangsa dan negara.

 Semula ikhwal membelakangi kebenaran hanya karena ketidaktahuan akan hakikat ‘benar’. Setelah tahu makna kebenaran, terjebak pasal benar karena sekedar benar-benar benar tidak tahu. Kian diberi tahu, hati kian kuat menolak. Akhirnya masuk peringkat mengingkari kebenaran dengan keyakinan penuh.

 Skema diri yang ada di tubuh manusia politik meluputi: rasa mandiri, aspek kepribadian, sifat keakuan, pola kedirian, konsep diri sendiri, harga diri, mawas diri dan diri-diri yang masih dalam penyelidikan. Ternyata bentukan sistem politik nusantara tidak menghargai manusia sebagai manusia penuh (full human). Oplosan, kanibal aneka aliran dan arus politik global hingga regional.

 Kadar rasa malu anak bangsa pribumi primitif, tak bisa disamaratakan dengan bahan baku malu pada umumnya orang Indonesia. Bakat malu tampak tersipu-sipu, yang lebih malu lagi kalau dibuat malu. Misal, kalau ada orang lain membuka aibnya. Salah duga kawan. Ybs malah bangga sembari tepuk dada. Promo plus tenar gratis. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar