Halaman

Senin, 12 April 2021

éksisténsi manusia tinggal isi kotak kosong kehidupan

 éksisténsi manusia tinggal isi kotak kosong kehidupan

Mana mungkin, namanya manusia. Mulai dari judul olah kata “nasi di depan mulut, belum tentu rezeki diri”, status 8/19/2019 2:10 AM. Hingga sampai watak turunan bak pantat babi didorong, agar maju berkemajuan. Bukan babi balap. Malah reaksi aksi mundur. Maju malu-malu.

 Lain pasal, mirip perkara dengan manusia bebal jenis kawan partai. Maju-maju malu rebut status cikal bakal calon presiden. Modal keringat leluhur, maunya langsung duduk manis raih tahta dan mahkota berlapis.

 Ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan terhadap perjalanan hidup generasi masa depan sudah sedemikian sistematis, terukur dan dinamis. Kekerasan seksual yang menimpa anak, remaja atau cikal bakal generasi penerus masa depan bangsa, ibarat menghancurkan benih yang sedang tunas. Faktor penyebab tindak kekerasan seksual atau bagian dari penyakit masyarakat, tidak bersifat individual. Bedanya, karena ada tindakan yang legal, resmi, sesuai kebijakan lokal, tidak merugikan negara, berdaya tarik ekonomi sehingga malah perlu dilestarikan.

 Manusia bercucuran keringat mandiri, pasca kerja keras meludeskan hidangan alias makan sehat. Kerja keras alat kunyah dan alat cerna, sampai kelelahan tapi puas. Kian puas dilengkapi dengan hidangan penutup cuci mulut. Merasa belum puas. Pakai regulasi informal silahkan cari kepuasan di tempatnya.

 Aksi diri sarat dengan bangun jati diri. Padahal bawaan lahir sudah tersurat plus tersirat “siapa diri ini”. Bisanya apa. Dominan maunya apa. Orang dinilai dari penampilan, busan mutakhir, manusiawi. Pakai ilmu padi atau pilih ilmu kondom. Jaga imej bukan pasal nista. Garang garing, bagian utama dari modus menjaga stabilitas wibawa diri. Semakin berilmu semakin mengenali dirinya. Antara cerdas dengan berotak atau berilmu, bisa kontradiktif. Tidak ada istilah “otak kosong”. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar