Halaman

Rabu, 21 April 2021

zaman bahari negeri maritim vs nénék moyangku seorang pelaut

 zaman bahari negeri maritim vs nénék moyangku seorang pelaut

 Negara wajib mewujudkan politik kemaritiman, konsekuensi logis dari lanjutan kisah sukses tol laut 2014-2019. Terbukti BBM satu harga di hamparan nusantara. Memperkuat jati diri sebagai negara maritim; mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia; mengembangkan industri kemaritiman (termasuk industri pariwisata, garam dan ikan).

 Pemerintahan 2014-2019 bahkan telah berkomitmen untuk mengembalikan kejayaan maritim Indonesia dengan meningkatkan pembangunan di sektor maritim untuk mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia yang ditopang dengan 5 (lima) lima pilar pembangunan bidang maritim yaitu i. budaya maritim, ii. sumber daya maritim, iii. infrastruktur dan konektifitas maritim, iv. diplomasi maritim serta v. pertahanan maritim.

 Segmen pasar pemerintah sebagi langkah gerakan aksi nasional pengembangan pemasaran wisata nusantara. Simak kilasan Rancangan Teknokratik RPJMN IV 2020-2024, Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi Yang Sejahtera, Adil, Dan Berkesinambungan. Versi 14 Agustus 2019. Fokus pada:

Jenis pariwisata akan ditingkatkan diversifikasinya untuk mencakup (1) wisata alam(ekowisata, wisata bahari, wisata petualangan); (2) wisata budaya (heritage tourism, wisata sejarah, wisata kuliner, wisata kota yang difokuskan pada Urban Heritage Regeneration, dan wisata desa); (3) wisata buatan (meeting-incentive-convention-exhibition (MICE), dan wisata olah raga). Pengembangan ketiga jenis pariwisata tersebut juga membuka kesempatan bagi wisatawan untuk terlibat dalam kegiatan pengembangan pengetahuan, pendidikan dan kesukarelawanan yang terintegrasi dengan kegiatan wisata.

 Bergesernya pola hidup berbasis budaya bahari, akibat tekanan politik penjajah bangsa Belanda selama 350 tahun. Berubah ke darat dan mengembangkan budaya agraris. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar