manusia punya nama sarat niatan bernama
Nama komersial dipakai pesohor menjadi nilai jual. Atau menjadi komoditas nama panggung. Tak ada yang mengandalkan nama beken leluhurnya. Kecuali memang sudah jadi suratan garis rajah tangan. Nama diri bisa membawakan nama baik 7 (tujuh) tanjakan.
Tiap suku bangsa, kaum bahkan marga di nusantara, punya tata tertib pemberian nama kepada anak keturunan. Adat dan budaya penamaan menjadi multimakna plus multiasa. Perulangan nama kakek ke cucu. Nama sekaligus tetenger, pratanda trah darah biru. Kejadian anak sakit-sakitan atau fakta non medis, karena kata wong pintar, ybs keberatan nama.
Sadar dengan mitos yang melatari pemberian nama anak. Paham tradisional yang berjiwa religius hingga sampai nama adalah jaminan mutu. Sampingan wafat atau meninggal dunia, manusia seolah wajib meninggalkan nama. Warisan nama dan ilmu.
Maunya manusia pelahap segala, tanpa
keringat menerima warisan tahta. Apa daya vs daya apa, jangankan gelaran tikar.
Biaya politik, politik uang, modal dan mahar pemilu, paket nomor jadi berdampak
kasat mata gulung tikar. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar