Halaman

Jumat, 09 April 2021

wajah pelécéh mental récéhan

 wajah pelécéh mental récéhan

 Rakyat nusantara sudah terbiasa babak belur hanya sekedar cari sesuap nasi. Nun jauh di pucuk, di atas puncak bangsa – apakah wakil rakyat, kepala daerah maupun kepala negara – sampai babak belur, babak bundas, habis-habisan tanpa babak, daya belanja tak akan habis tujuh turunan.

 Pasca reformasi yang bergulir bebas mulai dari puncaknya, 21 Mei 1998, menghasilkan 3 presiden yang tidak sampai satu periode. Bukan kecelakaan politik, tapi malah sebagai bencana politik. Justru ikhwal ini menjadi modal parpol untuk minat besar mengelus-elus jagonya ikut pilpres.

 Paket trilogi: marginalisasi – diskriminasi – kriminlaisasi menjadi andalan partai politik jelang pilpres 2024 yang patok harga mati status quo. Indonesia terbuka ramah, bagian utama pasar bebas dunia. Masyarakat ekonomi ASEAN melambungkan harga diri anak bangsa. Merasa global total di atas rata-rata  nasionalisme. Garam dapur saja terasa asing.

 Menduga judul olah kata “tampang lokal sarat ideologi global” status 12/21/2018 6:02 AM. Sejak anak bangsa nusantara tahu dan kenal partai politik. Émansipasi utawa persamaan hak antara kaum hawa, wanita, perempuan dengan kaum adam, lanang, pria, lelaki sudah sejajar, sederajat, setara. Sama rasa – sama rata, punya hak duduk manis di kursi penyelenggara negara. Kuota perempuan menjadi pasal bebas dinamis. Peluang emas bukan untuk anak emas saja. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar