taruhan harga diri bangsa mbokdé mukiyo, dudu turahan
sega wingi
Akibat iseng tak beraturan, namun selalu ada, ada-ada
saja. Kadar iseng di bawah standar minimal, karena di tangan ahlinya, jadinya
tetap iseng. Disidik dengan cerdik dari berbagai aspek, semula tak berniat, tanpa
berminat iseng. Faktanya, aroma iseng tetap menggejala disetiap gerak aksi dan
tindak.
Pihak lain membuktikan dengan fakta. Awalnya hanya
sekedar iseng, asal isi waktu bengong, daripada duduk manis boros energi. Rezeki
cuma numpang liwat. Rezeki yang liwat untuk jarak jauh. Jarak dekat, waktu pendek
sudah ada yang pesan jauh hari. Mau jadi bajing loncat, kalah saingan dengan
yang berdasi.
Iseng seisengnya, jika ditetesi energi positif setiap
saat, lama-kelamaan menjadi khazanah kebangsaan. Kosakata adab berolah pikir,
bertindak tutur, bertata laku kian detail, rinci. Tak ada kilah untuk beraliran
versi wong bebal demen pamér bégo.
Semua babakan kehidupan diletakkan pada tempatnya. Dua
pilihan kehidupan. Ditelusuri akan menuju, bias bercabang ke pasal bertolak
belakang. Kontradiktif. Kalau amsal beda antara siang dan malam, itu masalah
waktu. Pisang satu tandan, tidak semua pisang layak. Pisang satu sisir pun,
memancing beda pilihan.
Percaturan politik di negara semaju bagaimana pun. Tetap
menampakkan sosok yang betah meletakkan, menaruhkan pantat di kursi tinggi.
Pen-duduk takhta bisa karena faktor keturunan, silsilah, warisan, atau pasal
tak terulis. Sistem politik berbayar atau tak gratis, maka pola karier acap
kalah pamor, selalu disalip oleh pelaku ‘tebal kantong’, ‘tebal dompet’ sampat
‘tebal muka’.
Rahasia umum dimanapun bumi dipijak. Mulai yang serba
‘tebal’ tadi, aneka kebal sampai bikin sebal. Menjadikan ‘wong bebal’ bebas berdemokrasi.
Nusantara yang beratus juta penduduk. Model arisan
sampai umur ratusan tahun tetap tak kebagian. Model warisan, sudah sampai lapis
ke berapa tak terdeteksi oleh alat negara. Berbaur horizontal membuat akar
rumput anyar di negeri sendiri. Perulangan sejarah. Tenaga dalam kurang manjur.
Ketahanan diri dan kemandirian butuh waktu tak terduga. Kebijakan orang bijak,
pakai tenaga luar. Atau kolaborasi bagi untung, barter politik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar