Halaman

Rabu, 20 Maret 2019

ingin demokratis, tambah partai politik


ingin demokratis, tambah partai politik

Peribahasa manusia politik Nusantara. Kalau sudah begini, kemungkinan besar tiap lokal atau daerah mempunyai pepatah-petitih. Kehendak atau tantangan sejarah peradaban berbangsa dan bernegara.

Kedaulatan rakyat tergantung selera penguasa. Tetap saja suara rakyat hanya dibutuhkan selama  5 menit dalam 5 tahun. Klasifikasi parpolpun terjadi. Jelang pemilu atau pesta demokrasi, selalu muncul parpol baru. Aturan main ambang bawah atau istilah asing lainnya, mendongkrak manusia ekonomi untuk turun gunung.

Terkait cita rasa, maka saat berkuasa berpikiran maju ke depan. Merintis jalan agar jalan ke periode kedua mulus, bebas hambatan. Semua pihak potensial dielus-elus dengan jabatan. Birokrasi sipil bisa diduduki serdadu dan atau polisi aktif. Perbanyak jabatan yang dilantik oleh presiden.

Status provinsi memungkinan mendirikan partai politik lokal. Penyakit turunan bahwa wakil rakyat sejatinya adalah wakil partai politik. Jabatan karier menjadi tak berarti jika rumusan jabatan politik lebih dominan.

Pihak yang merasa paling berjasa melahirkan, membesarkan dan menghidupi sebuiah partai politik. Otomatis punya hak istimewa. Ketua umum partai politik sebagai jabatan warisan, agar aman dan nyaman maka diberi hak prerogatif.

Akhirnya, habis manis sepah didaur ulang. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar