paranoid dan pidana golput
Majelis ilmu bakda subuh tiap sabtu dan atau ahad. Jamaah,
karena faktor U, pilih duduk bersandar di dinding masjid. Modal ‘jiping’ utawa
ngaji kuping. Kuping tetap melek, walau mata mengikuti kata hati. Didukung kinerja
pendingin ruangan.
Pakai modal klas. Saya pilih duduk manis dekat tiang
masjid. Posisi di barisan depan, frontal depan ustadz. Tidak tepat di depan,
agak geser ke utara. Menghormati pembicara. Ustadz duduk bersila. Meja rendah
tempat buku acuan. Bicara sambil pegang mike.
Kendati ada layar infokus. Posisi jamaah tak banyak
berubah. Lebih mengandalkan kuping daripada menyimak tayangan.
Lebih sering duduk sendiri. Dianggap langganan bertanya. Belajar
atau memperdalam ilmu agama harus egois. Tetap proses cerdas sebelum ajukan
pertanyaan. Terbentuk saat masih aktif sebagai PNS. Tahu diri, jangan sampai
berdebat. Jangan ajukan pertanyaan yang matematis.
Waktu subuh tergantung orbit bumi. Terang tanah acara
belum final. Jamaah resah. Arif diri jangan bertanya. Tunda. Saat acara minum teh
hangat, bisa diskusi dengan ustadz.
Jamaah ada yang merasa pertanyaan sudah terwakili. Berbasis
pertanyaan saya, diolah dari sisi lain, peluang berargumen. Sebelum tanya,
beberkan narasi. Inilah seni dakwah. Interaktif dua arah.
Bagi jamaah yang ilmu agamanya di atas rata-rata,
mengaganggap pertanyaan saya standar. Biasa-biasa saja. Tak menggigit. Bagi yang
sekolah agama, melihat pertanyaan saya menambah khazanah, wawasan, alternatif horizontal.
Tak pernah terpikirkan, ada saja substansi serupa tapi tak mirip.
Pihak moderat, waktu syuruq sebagai tanda batas akhir. Langsung
sholat isyra’. Protes tak langsung. Bergegas ke hidangan teh hangat dan jajanan
pasar.
Saat komunitas asyik seruput teh, terjadilah ajang komen. Lebih dari itu. Ajak diskusi ustadz
dengan gaya debat. Atau malah menjelaskan disertai gerak tangan, bahasa tubuh. Agar
tampak berbobot, diselingi terkekeh sendiri.
Rasanya, tiap jamaah mempunyai lebih dari satu hak. Mau jadi
golongan pura-pura tahu (golput) atau ambil aman, nyaman. Pokoknya, kumpul ora kumpul, sing penting
mangan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar