Halaman

Jumat, 29 Maret 2019

paranoid dan pidana golput


paranoid dan pidana golput

Majelis ilmu bakda subuh tiap sabtu dan atau ahad. Jamaah, karena faktor U, pilih duduk bersandar di dinding masjid. Modal ‘jiping’ utawa ngaji kuping. Kuping tetap melek, walau mata mengikuti kata hati. Didukung kinerja pendingin ruangan.

Pakai modal klas. Saya pilih duduk manis dekat tiang masjid. Posisi di barisan depan, frontal depan ustadz. Tidak tepat di depan, agak geser ke utara. Menghormati pembicara. Ustadz duduk bersila. Meja rendah tempat buku acuan. Bicara sambil pegang mike.

Kendati ada layar infokus. Posisi jamaah tak banyak berubah. Lebih mengandalkan kuping daripada menyimak tayangan.

Lebih sering duduk sendiri. Dianggap langganan bertanya. Belajar atau memperdalam ilmu agama harus egois. Tetap proses cerdas sebelum ajukan pertanyaan. Terbentuk saat masih aktif sebagai PNS. Tahu diri, jangan sampai berdebat. Jangan ajukan pertanyaan yang matematis.

Waktu subuh tergantung orbit bumi. Terang tanah acara belum final. Jamaah resah. Arif diri jangan bertanya. Tunda. Saat acara minum teh hangat, bisa diskusi dengan ustadz.

Jamaah ada yang merasa pertanyaan sudah terwakili. Berbasis pertanyaan saya, diolah dari sisi lain, peluang berargumen. Sebelum tanya, beberkan narasi. Inilah seni dakwah. Interaktif dua arah.

Bagi jamaah yang ilmu agamanya di atas rata-rata, mengaganggap pertanyaan saya standar. Biasa-biasa saja. Tak menggigit. Bagi yang sekolah agama, melihat pertanyaan saya menambah khazanah, wawasan, alternatif horizontal. Tak pernah terpikirkan, ada saja substansi serupa tapi tak mirip.

Pihak moderat, waktu syuruq sebagai tanda batas akhir. Langsung sholat isyra’. Protes tak langsung. Bergegas ke hidangan teh hangat dan jajanan pasar.

Saat komunitas asyik seruput teh, terjadilah ajang  komen. Lebih dari itu. Ajak diskusi ustadz dengan gaya debat. Atau malah menjelaskan disertai gerak tangan, bahasa tubuh. Agar tampak berbobot, diselingi terkekeh sendiri.

Rasanya, tiap jamaah mempunyai lebih dari satu hak. Mau jadi golongan pura-pura tahu (golput) atau ambil aman, nyaman. Pokoknya, kumpul ora kumpul, sing penting mangan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar