Indonesia harapan Indonesia
Tak ada rasa humor secuwil upilpun. Semua rasa alami
maupun rasa buatan lokal, menyatu menerpa wajah kita. Antara lubang hidung kiri
dengan lubang hidung kanan, berlomba menyajikan fakta. Kebijakan angin
menentukan proses pilihan.
Kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan menjadi PR bangsa.
Anak bangsa pribumi, seolah masih tampak satu padu, utuh bulat dan
bahu-membahu. Jangan sampai musuh bangsa berlanjut ke periode berikutnya.
Kehendak sejarah. Malah muncul manusia bebal. Namun cepat
tanggap, ringan lidah, cerdas memanipulasi diri. Terhadap yang tidak-tidak,
mereka begitu responsif, reaktif, sensitif dan amat peduli, peka. Menembus
batas teritorial bangsa. Rayuan angin laut bebas, terasa nikmat.
Daya kolaborasi, mental kerjasama mengarah perwujudan
mensikronisasikan diri dengan pihak mana saja. Demi mencapai cita-cita politis.
Mengandalkan mesin politik lokal, boros biaya politik. Mengundang tamu tak
diundang.
Mencontoh pola pembinaan pesepak bola. Tak jarang, di
ajang laga bergengsi bak bulu tangkis. Hasil undian, Indonesia vs Indonesia.
Sebut saja, Tim Indonesia Merah jumpa Tim Indonesia Putih. Hebat kalau di babak
final terjadi Indonesia vs Indonesia.
Panggung politik Nusantara. Belum-belum selalu terjadi
Indonesia vs Indonesia. Satu ilmu satu perguruan, kalau sudah berebut kursi
yang sama. Sama-sama mengggunakan jurus andalan mégatéga. Tenaga dalam terasa
sia-sia. Menggandakan daya keruk dengan bantuan tenaga luar.
Masih ada yang mengutamakan kemandirian, komponen lokal.
Merekadaya, merekayasa tridaya: daya angkat, daya angkut, daya ungkit, di bawah
satu komando, koordinasi, kendali mutu. Di atas kertas, semua bisa diatur
skorenya. Asal, siapa akan menjadi apa. Siapa kebagian berapa. Siapa akan
diapakan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar