Indonesia ber-Pancasila untuk
Terakhir. Ternyata jangan gantungkan hidup awak pada
orang lain. Diibaratkan pola hidup saling bantu, saling dukung, saling butuh,
saling bagi berbentuk kolaborasi, koalisi. Dilambangkan ‘bagaikan air dengan beras’.
Fakta semu namun terasa nyata. Koalisi antar parpol
pro-penguasa merasa sama-sama eksis. Tidak ada kasta ini partai ‘air’ yang itu
partai ‘beras’. Merasa punya hak yang sama.
Rasa mandiri, mampu berdiri sendiri, tegak di atas kaki
sendiri menjadikan parpol juara umum pemilu, sigap tegakkan kepala. Jauh rasa dari
tenggang rasa antarsesama.
Sudah adabnya, jika pihak pemerlu bantuan yang harus
datang, bukan hanya duduk manis menunggu nasib. Artinya, saling memberi manfaat
tidak sebatas teritorial habitat. Legal kalau liwat tapal batas dan wilayah
negara. Kerjasama yang menguntungkan antar negara.
Peminta bantuan dimaksud sesuai dengan hukum ekonomi. Kian
kaya, kian butuh suntikan modal. Jangan tanggung-tanggung. Sudah ada rumusnya,
termasuk tata cara penyelamatan diri saat darurat.
Kian kuat, kian butuh dukungan bantuan tenaga luar. Kian kuasa,
kian butuh jaminan sosial semiglobal untuk memperpanjang periode.
Isi otak manusia politik yang berharap bantuan sesuai
harapan dengan lembar harapan yang belum tercapai. Masih kurang apalagi kawan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar