Halaman

Sabtu, 16 Maret 2019

peolok-olok politik loyalis penguasa, seperti anjing kembali ke muntahnya


peolok-olok politik loyalis penguasa, seperti anjing kembali ke muntahnya

Tak bisa ditandingkan dengan amsal “babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya”. Demikianlah faktanya, orang bebal – maksud kata adalah peolok-olok politik loyalis penguasa – yang mengulangi kebodohannya. Mereka bukannya tak terpelajar. Bisa satu almamater, kampus, alumni dengan capres petahana. Dari segi yuswa, tak kurang yang sudah bau tanah.

Adalah wayang Jawa. Anak Betara Guru yang menularkan dogma rekaan manusia atau anak wayang. Condong ke dalil bahwa mereka tidak mengharamkan anjing dan babi. Bebas disantap dengan aneka bumbu.

Mereka merasa bebas polusi dunia. Tidak berkecimpung dengan kubangan noda maupun menu ampas produksi berkualitas impor. Tapi, acara kebaktian menjadikan mereka terlibat lagi. Dosa kemarin sudah di-delete dari catatan sipil. Buka lembaran baru. Walhasil, akhirnya keadaan mereka lebih terpuruk, keblusuk ketimbang kondisi semula.

Otak-atik matuk pitutur luhur leluhur, ternyata mereka akan lebih nyaman dan aman jika tidak mengetahui ada jalan pintas ketimbang tahu saja. Akan tetapi, mereka kemudian balik kanan. Ingkar misi dunia yang telah diindoktrinasikan. Cari selamat.

Kita simak sejenak “Pepatah-petitih dalam bahasa Dayak Ngaju”, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1997, yaitu anak pintar indu kahanjak bapae tapi anak humong akan kapehen indue. Maksudnya, anak yang bijak mendatangkan sukacita kepada ayahnya, tetapi anak yang bebal adalah kedukaan bagi ibunya.

Sebagaimana pepatah mengatakan, orang bebal seringkali salah, tetapi tidak pernah ragu. Mereka sepertinya yakin diri. Ada jaminan masuk surga. Hobi berasumsi bahwa ia yang benar dan baik.

Orang bebal menjungkirbalikkan ajaran Tuhan namun orang bijak justru mencari jalan ketuhanan. Orang bebal ahli membuat pernyataan – semacam olok-olok politik dan aneka ujaran maupun tulisan di media – tanpa proses hati. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar