kian bau tanah, lamakan sujudmu
Angka harapan hidup, indeks pembangunan manusia, indeks
kebahagiaan masyarakat, indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan
sebagai bukti memberatkan betapa peduli pemerintah. Agar anak bangsa pribumi
Nusantara mampu ‘panjang umur’. Plus turunnya angka kematian.
Pihak sebaliknya, berlawanan tapi menguatkan,
menyangatkan. Umat berikhtiar menjadi khairul bariyyah (pribadi
terbaik). Pribadi terbaik terbentuk maupun bertimbal balik dari khairul usrah (keluarga terbaik). Akumuilasinya akan membentuk khairul jama'ah (masyarakat
terbaik).
Umat Islam mengenal istilah bonus hidup. Rasullulah saw
dengan mengacu umur umat sebelumnya, mengatakan umur umatnya akan berkisar
65-70 tahun, atau lebih. PR besar umat Islam adalah cerdas memakmurkan umur.
Seolah menjadi kewajiban Allah swt sebagai Yang Maha
Pencipta, untuk menjaga, memelihara segala ciptaan-Nya. Manusia merasa sebagai
pelaku tunggal, tinggal melakoni hidupnya di dunia. Bahkan meramu slogan hidup
yang dijadikan pegangan hidup adalah umur boleh tua tetapi jiwa tetap muda.
Paribasan yang diduga menandung makna dan pesan yang
mendalam. Pemahaman arti memerlukan perenungan ialah sebagai berikut: sing bisa mati sajroning urip lan urip
sajroning mati (hendaklah dapat mati di dalam hidup dan hidup di dalam
mati). Jangan lupakan catatan ringan dunia, tempat tinggal sampai tempat
meninggal.
Ajaran agama Islam memberikan rambu-rambu kehidupan.
Termasuk resep sukses panjang umur, hidup lebih berkualitas, jiwa tenang, bebas
penyakit dan asupan obat senyawa kimiawi. Cara sederhana menjadi manusia
unggul, bermanfaat bagi semua makhluk. Tidak meninggalkan generasi yang lemah
segala aspek kehidupan.
Indeks rasa syukur, bukannya tak ada. Rukun, adab, adat,
tata cara, SOP syukur sudah tersurat maupun tersirat di Al Qur’an maupun sunnah
Rasul. Artinya, bersyukur, ada ilmunya. Kemanfaatan rasa syukur, adalah agar
kita nantinya niat dan akan berbuat lebih baik, lebih benar. Bukan masalah
timbal balik dengan Allah, justru berinteraksi dengan diri sendiri.
Gerakan ritual sholat fardhu 5 (lima) waktu maupun sholat
sunnah, merupakan perpaduan, hormonisasi, sinergitas jiwa-raga, lahir-batin,
jasmani-ruhani. Acara lapor diri, komunikasi melalui siaran langsung dengan
Yang Maha Menghidupkan (Al Muhyii).
Mengacu manfaat rangkaian gerakan fisik sholat, memang
bersifat dinamis. Artinya tidak hanya itu. Pengalaman orang lain patut kita
jadikan renungan. Pengalaman diri sendiri, lebih menuju mencari kekurangan
sekaligus menyempurnakannya. Lakukan secara thuma’ninah.
Saat kita sujud, dengan dahi dan ujung hidung (dihitung
satu titik) menyentuh bumi. Diletakkan pelan. Bobot kepala dibantu oleh dua
telapak tangan menapak rata, ujung jari tangan menghadap kiblat. Merenggangkan kedua
lengan tangan dari rusuk tubuh. Kedua lutut ikut memeratakan beban badan. Dibantu
ujung jari dua kaki, menekuk menghadap kiblat. Posisi kepala menjadi lebih
rendah daripada letak pantat. Dahi jangan terhalang tutup kepala.
Bayangkan saja kawan, kepala yang begitu mulia,
“direndahkan” secara fisik sebagai bukti ketertundukkan umat manusia kepada
Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan (Dzul Jalaali Wal Ikraam). Kekhusyukkan sholat menambah daya, energi untuk sujud berlama-lama. Merasakan
ke-aku-an, ke-diri-an, yang tak ada apa-apanya di hadapan-Nya.
Keutamaan sujud, selain`sebagai salah satu rukun sholat. Bacaan
atau doa dalam sujud. Berapa lama waktu sujud. Diriwayatkan, Rasulullah saw
waktu sujud sholat malam atau tahajud, lamanya sama dengan sahabat membaca lima
puluh ayat, baru bangkit.
Memperbanyak sujud, dengan menegakkan sholat sunnah,
serta memperlama sujud karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajat
kita dan menghapuskan dosa kita.
Jadi, makmurkan sisa umur, khususnya hamba-Nya yang telah
‘berumur panjang’. Sujud merasakan hamparan bumi. Mencium aroma tanah. Menjadi mahluk
penyuka bumi. Dari tanah kembali ke tanah. Siap dikebumikan. Tak kurang yang
berniat wafat saat sholat.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar