Halaman

Minggu, 01 Juli 2018

menang secara kesatria vs menerima kekalahan secara kesatria


menang secara kesatria vs menerima kekalahan secara kesatria

Bukan cerita pewayangan. Terdapat kasta tokoh satria dan tersedia strata sosok raksasa maupun raksasi. Ada di panggung politik Nusantara. Berisi antrian anak wayang dengan aneka karakter yang sudah baku, pakem, standar atau resultannya.

Bedanya, tokoh satria dari unsur partai pilitik, entah manusia politik banget atau manusia politik saja, bisa-bisa berwatak raksasa. Ditengarai dengan rakus jabatan, haus kekuasaan, kekuatan dan kekayaan (ini kawan, kan bernama berhala reformasi 3K).

Model tampang brangasan, petakilan manusia politik, memang sudah dari sono-nya. Terkait watak dan temparemen SARA-nya. Termasuk tergantung asupan gizi dan nutrisi sejak dalam kandungan. Biasa main serudak-seruduk untuk mau ke depan gawang lawan.

Jadi, jika watak satria menjadi syarat utama anak politik, anak wayang politik dipastikan partai politik tak akan laku. Yang ingin bermain cantik, berjalan lurus, lempeng, akan tersingkir sebelum di awal penyisihan adminsitrasi dan wawancara.

Kalah menang dalam pertandingan antar partai politik, menggunakan aturan raihan skore. Bak piala dunia bal-balan. Pola yang disajikan pasti sarat dengan adu taktik di atas kertas. Mendatangkan investor asing bukan pasal licik. Bermitra dengan bandar politik asing, bukan pasal anti-nasionalisme.

Sejarah politik selalu menyajikan bahwa pihak yang menang, juara umum dalam pesta demokrasi, tampil gagah. Tepuk dada, membusungkan kepala, acungkan tinju. Minta lawan yang lebih tangguh. Tak percuma menggelontorkan biaya politik Rp maupun valas. Utang tetap utang. Beda nasib, dengan yang juara kedua atau kalah suara, kalah skore. Mencak-mencak dengan segala jurus dan aneka tipu-tpu muslihat.

Kendati rakyat pemilih sudah tidak memilih kucing garong dalam karung. Awalya memang bak kucing garong, nyatanya malah buaya darat lepas ke air. Kebanyakan modal baju kebesaran leluhurnya. Agar tampak starianya. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar