Pasca 17+8+45=70,
2015 Indonesia Merdeka Lagi
Bukan tebak buntut lotere zaman Orde Baru. Muncul
femomena THR utawa tunjangan hari rabu. Muncul dukun tiban, ahli membaca gejala
alam dikaitkan dengan angka manjur. Ujaran orang gila, dianggap sinyal nomor
yang akan keluar. Dehemnya pejabat, diartikan dengan waspada. Batuk ringan
pejabat diwaspadai dengan was-was.
Perilaku aneh dadakan manusia politik yang sedang
blusukan di warung nasi. Dimanipulasi, direkayasa sebagai sumber berita dalam
angka, fakta angka. Ketika angka bicara, cari yang mampu mendongkrak wibawa
penguasa yang gemar main angka. Khususnya digit di belakang koma. Semisal,
jumlah masyarakat kurang beruntung melorot drastis.
Apa arti sebuah angka dari 0 (nol) sampai dengan 9 (sembilan).
Gabungan khusus angka ganjil dan atau genap. Menggenapi bilangan. Membuat anak
manusia pribumi nusantara kian ganjil, gasal. Dengan angka bisa mengangkat
derajat. Bisa menjadikan manusia politik menjadi angkara murka. Angkatan bisa
di-angka-kan nejadi loyalis bulat 100% alias 1 (satu).
Angkatan atau matra nusantara beda dengan sang pengayom
yang praktiknya menjadi penjaga wibawa penguasa. Rakyat dijadikan tumpuan
nasib. Maksud angka, nasib rakyat selalu jadi tumpuan, injakan agar tampak
mandiri, berdaulat, berketahanan. Tapi, angka punya maksud, niat dan target
politis terukur. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar